Kamis, 15 September 2016

Sifat Fisik Gabah dan Beras



BAB II

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

I. Objek 1 (SIFAT FISIK GABAH DAN BERAS)

2.1.1Tujuan dan Manfaat

2.1.1.1  Tujuan

1)      Menentukanbulk density (m/g³)
2)      Menentukan Angle of respose gabah dan beras (°)
3)      Menentukan Angle of friction gabah dan beras (°)

2.1.1.2 Manfaat

1.      Agar praktikan mampu memahami sifat fisik gabah dan beras.
2.      Agar praktikan mampu membedakan Angle of respose dan Angle of friction.
3.      Agar praktikan dapat  mengetahui mana beras yang berkulitas baik mana yang tidak.
4.      Agar mampu menentukan sifat fisik gabah dan beras serta menentukan faktor ilmiah yang mempengaruhi sifat tersebut.
5.      Agar praktikan memahami tentang sifat fisik utama dari bahan pertanian terutama gabah dan beras sebagai hasil pertanian yang paling utama untuk penelitian dimasa mendatang.

2.1.2 Tinjauan Pustaka

Sifat fisik bahan pertanian merupakan faktor yang sangat penting dalam masalah-masalah dalam merancang suatu alat khusus untuk suatu produk pertanian atau analisa perilaku produk dan cara penanganannya. Karakteristik sifat fisik pertanian adalah bentuk, ukuran, luas permukaan,  warna, penampakan, berat, prositas, densitas, dan kadar air (Suharto, 1991)
Angle of repose merupakan sifat teknik dari suatu bahanberbentuk granular yang dituang dalam suatu permukaan horizontal yang akan membentuk suatugundukan berbentuk kerucut. Sudut antara permukaan gundukan terhadap permukaan horizontal inilah yang disebut dengan angle of respose. (Khatir, 2006)
Angle of friction adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan kayu dengan bidang horizontal, pada saat gabah diatas permukaan tersebut karena gaya berat. Gaya berat adalah massa partikel yang menempati satu unit volume tertentu. Densitas bulk ditentukan dengan oleh berat wadah yang diketahui volumenya dan merupakan hasil pembagian dengan berat granular dengan volume wadah. Porositas merupakan bagian yang tidak ditempati oleh partikel atau bahan padatan.
Kriteria untuk bentuk dan dapat dibagi atas berbagai macam diantaranya:
1.      Charterd Standards (Gambar standar)
Yaitu dengan mengukur penampang memanjang dan menglintang akan menghasilkan gambar standar. Contoh: round, oblate, oblong, cone, dan lain-lain. Charted standard sangat sederhana namun bersifat sangat subjektif.
2.      Roundnes
Yaitu ukuran keruncingan sudut dari suatu bahan padat. Ada beberap persamaan untuk melakukan perhitungan dengan roundness diantaranya:
Rd=  Ap/Ac       atau          Rd= r/R       atau         Rd= dr/dt
3.      Sphericity
Yaitu perbandingan antara luas permukaan bola yang mempunyai volume sama dengan diameter bak terkecil yang dapat mengelilingi objek. Nilai dari skala penentuan sphericity dorentang dari 0-1. Dimana jika suatu benda mendekati nilai 1 maka benda tersebut dapat dinyatakan mendekati nilai kebulatan.
Sphericity juga dirumuskan dengan  . Asumsi dari bahan yang dianggap memiliki bentuk ellips. Sphericity secara jelas dapat dijelaskan dengan rumus:
Sphericity= (volume bahan/volume bola yang mengeliling)^1/3
4.      Reseblance to Geometric Bodies (Kemiripan dengan Benda Geometris)
Yaitu penentuan sifat fisik suatu benda dengan benda standar yang selain standar tersebut dihubungkan dengan benda geometri. Benda geometri yang dimaksud dapat dikelompokkan menjadi:
a.       Bulat  memanjang (prolate spheroid)
b.      Bulat membujur (oblate spheroid)
c.       Kerucut berputar/silinder.
Dimana dapat didefinisikan masing-masingnya sebagai berikut:
a.       Bulat memanjang (prolate spheroid)
Yaitu bentuk yang terjadi apabila sebuah bentuk ellips berputar pada sumbu panjangnya. Contoh : lemon.
b.      Bulat membuju (oblate spheroid)
Yaitu bentuk yang terjadi apabila sebuah ellips berputar pada sumbu pendeknya. Contoh : anggur.
c.       Kerucut berputar/silinder
Yaitu bentuk yang menyerupai kerucut/ tabung. Contoh: wortel dan timun.
            Bahan pada pangan biasanya berbentuk cairan dan padatan, meskipun demikian bukan berarti bahan mengandung air tidak mengandung bahan padatan begitu juga sebaliknya. Bahan pangan juga memiliki sifat cair seperti airan encer. Kedua sifat inilah yang dinamakan sifat alir bahan pangan.
            Beras adalah butiran padi yang telah dibuang, namun kulit sekam telah menjadi bagian bagian kasar yang secara konvensional disebut dengan dedak. Gabah merupakan hasil panenpad dari tangkai induknya. Gabah tersusun atas 15-30% kulit luar atau sekam, 4-5% kulit ari, 12-14% katul, 65-67% endosperm dan sisanya merupakan lembaga.
            Sekam membentu jaringan keras sehingga menjadi perisai pelindung bagi butir beras terhadap pengaruh luar. Kulit ari bersifat kedap terhadap oksigen, karbon dioksida, dan kedap air. Sehingga dapat melindungi butir beras dari kerusakan oksidasi dan enzimatis. Lapisan katul merupakan lapisan yang banyak mengandung vitamin B1, B2, B6, B12, dan niasir. Endosperm merupakan bagian utama dari butir beras dengan pati sebagaikomposisi utamanya. Endosperm juga mengandung protein dan selulosa dalam jumlah banyak  serta vitamin dan mineral dalam jumlah kecil.
            Berikut ini dikemukakan secara umum kritera dan mutu beras diantaranya:
1.      Mutu Pasar
Mutu beras dipasaran umumnya berkaitan dengan harga beras tersebut. Dalam kaitan ini Badan Logistik (Bulog) telah menetapkan ciri penetapan mutu beras yang akan dibeli badan tersebut. Namun ketentuan ini tidak berlaku dipasar bebas. Ukuran beras adalah panjang butiran beras utuh menggunakan mikrometer.
2.      Mutu Rasa
Mutu rasa beras yang dapat dijadikan tolak ukur memiliki sifat subjektif  yang dipengaruhi oleh daerah, suku bangsa, dan sebagainya. Meskipun belum ada ketentuan yang pasti untuk menetapkan mutu beras, namun mutu rasa sudah menjadi acuan memperkirakan jenis varietas dari produk tersebut.
3.      Mutu Tanak
Yaitu persyaratan utama dalam pengolahan beras dalam dunia internasional. Hal ini telah diterapkan dalam penerapan mutu beras di Amerika. Ciri utama dari mutu tanak adalah pengembangan volume,  kemampuan mengikat air, stabilitas pengalengan nasi, lama waktu dalam penanakan, serta viskositas padi yang digunakan tesebut.
4.      Komposisi Beras
Kandungan standar gizi beras adalah sebesar 360 kalori ,protein sebesar 6,8 gram, kalsium 6 mg dan zat besi 8 mg. Salah satu faktor yang mempengaruhi biologis tanah adalah suhu. Perubahan secara kimia pada proses penyimpanan secara cepat dapat terjadi pada tingkat suhu 30-40°C, sedangkan pada tingkatan suhu lebih dari itu akan menyebabkan hilangnya daya kecambah dari gabah.
Butiran-butiran gabah memiliki karakteristik bentuk dan beragam, tergantung varietasnya. Secara umum, subspecies padi yang ditanam di dunia dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu Japonica,Javanica, dan Indica. Padi jenis Japonica memiliki bentuk butiran gabah pendek membulat, sedangkan pdadi jenis Indica memiliki bentuk butiran bulat memanjang. Di Indonesia jenis padi yang banyak ditanam yaitu padi jenis Indica. Butiran gabah dapat diuraikan menjadi bagian-bagian. Secara garis besar, bagian-bagian gabah dapat dibedakan mejnadi tiga bagian. Bagian paling luar disebut sekam. Sekam tersusun dari palea, lemma, dan glume. Bagian keduadisebut bagian bekatul. Bagian bekatul tersusun atas lapisan luar, lapisan tengah, lapisan silang, testa, dan aleuron, sedangkan lapisan yang paling dalam disebut endosperm. Gabah hasil panen kemudian diproses lebih lanjut menjadi beras melalui proses penggilingan. Tahapan pascapanen tanaman padi meliputi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan, dan pengemasan. Salah satu tahapan pascapanen yang peting yaitu proses penggilingan. Pada tahapan ini, gabah yang sudah siap digiling atau Gabah Kering Giling (KGK) akan diproses menjadi beras putih yang siap dikonsumsi.
Dilihat dari segi kandungan gizi, butiran beras mengandung 70-75% karbihidrat, 6-7,5% protein, 3 % lemak, dan sedikit vitamin B2. Karbohidrat dan protein terdapat di dalam lapisan bekatul dan endosperm, sebagian besar lemak dan vitamin B2 terdapat dalam bekatul. Kandungan protein pada endosperm berpengaruh pada rendemen beras kepala dan derajat keputihan butiran. Kadar protein yang tinggi membuat butiran menjadi keras sehingga cenderung tidak patah pada saat penyosohan atau berat sosoh. Berat sosoh adalah tingkat terlepasnya lapisan bekatul, lembaga, dan edikit endosperm dan butiran beras. Penilaian derajat sosoh :
1.      Perhitungan berat bekatul yang terlepas setelah proses penyosohan.
2.      Menggunakan pembanding standar derajat sosoh beras secara visual dengan bantuan alat kaca pembesar.
3.      Menggunakan alat Satake Milling Meter MM-1C atau whiteness meter.
Selain itu butiran beras juga tahan terhadap gesekan sehingga hanya sedikit bangian endosperm yang terkikis. Akibatnya, derajat sosoh akan menjadi rendah.
Kualitas fisik gabh terutama ditentukan oleh kadar air dan kemurnian gabah. Kadar air gabah adalah jumlah kandungan air di dalam butiran gabah yang biasa dinyatakan dalam satuan (%) dan dari berat basah (wet basis). Sedangkan tingkat kemurnia gabah merupakan persentase berat gabah bernas terhadapberat keseluruhan campuran gabah. Makin banyak benda asing atau gabah hampa atau rusak di dalam campuran gabah maka tingkat kemurnian gabah akan menurun. Kemudian gabah dipengaruhi oleh adanya butir yang tidak bernas seperti butir hampa, butir-butir tanah, batu-batu kerikil, potogan kayu, potongan logam, angkai padi, biji-bijian lain, bangkai serangga hama, serat karung, dan sebagainya. Termasuk pula dalam kategori kotoran adalah butiran-butiran bagah yang telah terkelupas dan gabah patah. Kualitas gabah akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas berasyan dihasilkan. Kualitas gabah yang baik akan berpengaruh pada tingginya rendemen giling. Rendemen giling adalah persentase berat sosoh terhadap berat gabah yang digiling.
Kadar air yang optimal untuk melakukan penggilingan adalah 13-15%. Pada kadar air yang lebih tinggi gabah sulit terkelupas, sedangkan pada kadar air yang lebih rendah butiran gabah menjadi mudah patah. Gabah yang baru panen (GKP), memiliki kadar air antara 20-27%. Apabila gabah disimpan sebelum digiling kadar airnya harus diturunkan terlebih dahulu dengan cara dikeringkan sampai kadar air maksimum 18%. Pada kadar air ini gabah disebut gabah kering simpan (GKS). Sebelum digiling GKS dikeringkan lagi hingga kadar air sekitar 13-15%.
Gabah kering panen yang memiliki kadar air sekitar 20% akan menurun beratsnya sebanyak 7% setelah mengalami proses pengeringan hingga menjadi gabah kering giling yang  memiliki kadar air sekitar 14%. Apabila tidak langsung digiling, gabah terlebih dahulu disimpan dalam bentuk gabah kering giling. Gabah kering giling yang memiliki kadar air sekitar 14% dan kotoran sekitar 3% dianggap sebagai bobot awal (100%) yang merupakan masukan terhadap proses penggilingan. Proses penggilingan padi  diawali dengan pembersihan awal untuk membersihkan kotoran-kotoran yang berjumlah kira-kira 3% dari bobot gabah awal. Selanjutnya gabah mengalami proses pemecahan kulit, dimana sekam yang berbobot 20% dari bobot gabah awal-awal terlepas dari butiran gabah, dan akan tersisa beras pecah kulit sebanyak 77%. Beras pecah kulit kemudian melalui proses penyosohan untuk memisahkan bekatulnya dan untuk mendapat warna beras yang mengkilap. Akibat proses ini diperoleh bekatul sebanyak 10% dari berat gabah awal. Beras kepala sebanyak 52%. Persentase sekam dan bekatul sematat-mata disebabkan oleh perbedaan varietas padi, sedangkan persentase beras patah dan beras kepala banyak dipengaruhi oleh kinerja mesin yng dipakai.
Kadar air merupakan salah satu fisik dari bahan yang menunjukkan banyaknya air yang terkandung di dalam bahan. Kadar air biasanya digunakan dalam persentase berat air terhadap bahan basah atau dalam gram air untuk setiap 100gram bahan yang disebut dengan kadar air basis basah (bb). Berat bahan kering atau padatan adalah setelah mengalami pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga  beratnya tetap.
Cara pengerigan secara umum ke dalam empat golongan menurut suhu udara pengeringnya :
1.      Cara pengeringan dengan suhu sangat rendah.
2.      Cara pengeringan dengan suhu rendah.
3.      Cara pengeringan dengan suhu tinggi.
4.      Cara pengeringan dengan suhu sangat tinggi.


2.1.3 Bahan dan Alat

2.1.3.1 Bahan

1.      Beras 1,5 kg
2.      Gabah 1,5 kg

2.1.3.1. Alat

1.      Timbangan digital atau manual.
2.      Vernier caliper/ jangka sorong.
3.      Papan triplek dan plat tipis.
4.      Pipa diamerer 21 cm
5.      Busur dan penggaris.

2.1.4 Metoda

a.       Ukur panjang (d mayor), lebar (d moderate), dan tebal (d minor) untuk padi dan beras dengan menggunakan vernier caliper atau jangka sorong. Sampel pada masing-masing bahan yang digunakan sebanyak 10 butir. Data yang didapat selanjutnya dimasukkan pada tabel sampel bahan rata-ratanya dihitung.
b.      Tentukan jenis padi  berdasarkan ukuran panjangnya
Tabel 1. Ukuran Panjang Padi
Dmayor
Jenis
>7,5 mm
Sangat Panjang
6,5<dmayor<7,5 mm
Panjang
5,5< dmayor<6,5mm
Sedang
<5,5 mm
Pendek





c.       Tentukan jenis beras berdasarkan ukuranpanjangnya
Tabel 2. Ukuran Panjang Beras
Dmayor
Jenis
>7,0 mm
Sangat Panjang
6,0<dmayor<7,0 mm
Panjang
5,0<dmayor<6,0 mm
Sedang
<5,0 mm
Pendek

d.      Tentukan subjenis atau rasio diameter untuk padi (dmayor/dmoderat)
Tabel 3. Subjenis atau Rasio Diameter Padi
Rasio
Jenis
>3,0 mm
Slender
2,0<rasio<3,0 mm
Bold
<2,0 mm
Round

e.       Tentukan bulk density bahan, yaitu: perbandingan massa dengan volume.
Bulk density = m/V
Dimana: m= massa dari bahan (g)
         V= volume tabung (V)= ¼πd²t
f.        Angle of respose = Arc tan t/d
g.        Tentukan angle of friction, yaitu :letakkan 10 butir masing-masing bahan diatas permukaan bidang datar (triplek/plat tipis), selanjutnya miringkan bidang pelan-pelan dan ukurlah besar sudut kemiringan bidang pada saat benda meluncur.
h.       Tentukan persentase beras hasil penggilingan berdasarkan keutuhannya, yaitu dengan cara menimbang 100 g (x), selanjutnya pisahkan dan kelompokkan beras menjadi head rice (X1), Large broken (X2), dan small broken (X3).
% head rice = (X1/X) *100%
%large broken   = (X2/X) * 100%
% small broken  =  (X3/X) *100%


2.1.5 Hasil dan Pembahasan

2.1.5.1 Hasil

Tabel 4. Data Gabah dan Beras


Bahan

Sampel
1(cm)
2 (cm)
3(cm)
4(cm)
5(cm)
Rata-rata


Beras

Dmayor
0,415
0,510
0,620
0,525
0,605
0,535
dmoderat
0,210
0,205
0,230
0,135
0,210
0,198
Dminor
0,125
0,140
0,125
0,135
0,130
0,131


Gabah
Dmayor
0,820
0,800
0,735
0,840
0,805
0,800
dmoderat
0,235
0,233
0,548
0,215
0,240
0,293
Dminor
0,135
0,108
0,230
0,145
0,145
0,153

Tabel 5. Data Kriteria Gabah dan Beras

Kriteria
Gabah
Beras
Jenis bahan (sangat panjang, panjang, sedang pendek )
Sangat panjang
Sedang
Sub jenis bahan (slender, bold, round)
Bold
-
Berat tabung kosong W1 (g)
-
-
Berat tabung kosong + bahan W2   (g)
-
-
Volume tabung V (cm³)
2528,173 cm³
1736,378 cm³
Bulk density (g/cm³)
0,593 g/cm³
0,863 g/cm³
Angle of respose (°)
15,01°
17,34°
Angle of friction (°)

-          Triplek
-          Plat tipis

43°
30°
40°
25°
% head rice
-
15,5%
% large broken
-
9%
% small broken
-
5,4%

2.1.5.2 Pembahasan

Pada praktikum objek pertama ini yaitu tentang sifat fisik gabah dan beras. Dimana telah diketahui bahwa antara gabah dan beras memiliki karakteristik yang berbeda. Untuk masing-masing bahan (gabah dan beras) diambil sampel secara acak sebanyak 10 buah sampel dari masing-masing bahan yang ukurannya berbeda.
Dalam menentukan dmayor, dmoderat, dan dminor harus diperhatikan nilai pengukuran bahan. Maksudnya adalah agar tidak terjadi kekeliruan terhadap nilai dmoderat, dan dminor. Karena kebanyakan pembacaan data antara dmoderat, dan dminorsering salah tempat. Nilai dari dmoderat akan selalu lebih besar dibandingkan dengan dminor.
Dari data gabah secara rata-rata didapatkan nilai dmayor, dmoderat, dan dminorberturut-turut adalah 0,800 cm, 0,293 cm, dan 0,153 cm. Sedangkan dari data rata-rata yang didapatkan dari nilai dmayor, dmoderat, dan dminordari beras adalah 0,535 cm, 0,198 cm, dan 0,131 cm. Dari data ini menunjukkan bahwa nilai dari dmayor, dmoderat, dan dminordari gabah akan lebih besar dibandingkan nilai dmayor, dmoderat, dan dminor dari beras. Faktor yang menyebabkan perbedaan nilai ini adalah karena beras merupakan bahan dari gabah yang telah kehilangan sekam. Untuk kasus ini berlaku jika bahan yang dibandingkan berasal dari varietas yang sama. Namun pada varietas berbeda perbandingan ini tidak berlaku karena boleh jadi suatu varietas memang ukurannya pendek atau panjang. Hal inilah yang menyebabkan adanya pembagian sub jenis bahan pertanian.
Sedangkan hasil perhitungan angle of respose dengan pengamatan secara manual dengan menggunakan alat berupa busur dan menggunakan perhitungan dengan rumus pada masing-masing bahan terutama pada pencarian nilai dari angle of friction. Dalam menentukan angle of respose dari gabah dan beras dilakukan secara manual dimana nilai angle of respose masing-masing adalah 15,01° untuk gabah dan 17,34° untuk beras. Hasil yang berbeda ini dipengaruhi secara langsung oleh permukaan gabah dan beras yang berbeda. Dimana permukaan gabah lebih kasar dibandingkan dengan permukaan beras. Sehingga daya saling memegang antar bahan pada gabah lebih besar dibandingkan dengan beras.
Dari data angle of friction dari gabah dan beras didapatkan 43° gabah pada triplek dan 30° beras pada triplek pula. Sedangkan pada plat tipis pada gabah senilai  40°, sedangkan pada beras sebesar 25°. Hampir sama dengan penjelasan pada angle of respose dimana nilai pada angle of friction sealin dipengaruhi oleh permukaan benda/bahan juga dipengaruhi oleh permukaan benda peluncur (triplek dan plat tipis).
Dalam hal ini nilai angle of friction pada plat tipis lebih rendah dibanding angle of friction pada triplek disebabkan karena koefisien gesek dari plat tipis lebih rendah. Hal inilah yang menyebabkan banyak alat pada pengolahan pertanian lebih sering menggunakan plat tipis terutama jenis plat stainless stell.
Dari nilai bulk density antara gabah dan beras didapatkan nilai bulk density gabah sebesar 0,593 g/cm³ dan bulk density beras 0,863 g/cm³. Dari perbedaan data ini dapat diambil kesimpulan bahwa beras sebagai bahan pangan yang bersifat bulkyatau mengambil banyak tempat dengan jumlah persatuan unit yang lebih banyak. Hal ini menunjukkan bahwa beras lebih bulky atau menempati ruang yang sama dengan massa lebih besar  dibandingkan dengan gabah.
Dari penentuan persentase berat beras hasil penggilingan berdasarkan keutuhannya didapatkan head rice sebesar 15,5%, large brokekndan small broken berturut-turut sebesar 9% dan 5,4%. Perhitungan ini berdasarkan anggapan sampel sebenarnya sebanyak 299 dari seluruh jumlah X1,X2 dan X3 didapatkan head rice sebesar 51,8%, sehingga nilai ini merupakan nilai mutu ke IV dari penentuan mutu beras di Indonesia. Sedangkan large rice sebesar 30,10% dan small broken sebesar 18%. Jadi secara berturut-turut nilai keutuhannya menjadi V dan VI diurutan kualitas beras di Indonesia.
Karakteristik teknik bahan pertanian adalah sifat fisik dari bahan pertanian yang dianalisis dengan tujuan memudahkan dalam mendesain proses dan alat dan mesin yang terkait dengan penanganan dan aplikasi bahan pertanian. Contoh bahan pertanian yaitu benih, pupuk, hasil pertanian, hingga limbah biologis hasil aktivitas pertanian. Sifat fisik yang dianalisis adalah ukuran sederhana (bentuk, panjang, luas permukaan, volume, massa, massa jenis), sifat listrik, sifat panas (mencakup konduktivitas, difusivitas, kemampuan pindah panas, dan sebagainya), karakteristik air (mencakup kadar air, higroskopisitas, kadar air kesetimbangan, dan sebagainya), sifat optik, tegangan mekanis, rheologi, sifat aerodinamika dan hidrodinamika, dan sebagainya. Karakteristik tak langsung seperti gesekan yang terjadi antara bahan pertanian dan bahan pertanian dengan media lain serta kerusakan mekanik dan fisik juga dianalisis.
Luas permukaan bahan-bahan hasil pertanian bermanfaat untuk berbagai kebutuhan seperti menentukan kapasitas laju fotosintesis, menentukan hubungan tanaman, tanah, dan air (transpirasi, evapotranspirasi); menentukan efisiensi penggunaan pestisida, hingga pengujian kualitas produk hasil pertanian (misal kualitas daun tembakau).
 Metode yang digunakan adalah planimeter di mana bayangan benda diproyeksikan di atas kertas, lalu luas bayangan benda. Metode lain yang lebih maju adalah dengan menggunakan alat yang disebut dengan air-flow planimeter. Perkembangan teknologi sinar laser dan optik yang dihubungkan dengan komputer mempercepat proses ini dengan fasilitas pemrosesan gambar (image processing).
Volume dan massa jenis berbagai produk pertanian berperan penting pada teknologi proses dan dalam evaluasi kualitas produk. Penggunaan sifat ini ada pada teknologi pengeringan, penyimpanan, penentuan tingkat kemasakan buah, dan lain-lain. Umumnya keduanya diukur secara bersamaan menggunakan metode displacement (perpindahan massa) setelah berat bahan diukur.
Aplikasi dari praktikum pada penentuan sifat fisik gabah dan beras ini diantaranya adalah desain pada mesin pengolahan pertanian seperti Storage Bings, Hooper, Chutes, Pneumetic Conveying System, Screw Conveyers System, Forage Harvester, dan Threser.
Desain hooper adalah aplikasi yang sering dimanfaatkan dalam kajian sifat fisik produk pertanian. Dimana hooper sebagai bagian yang digunakan untuk memasukkan yang akan diparut dan sekaligus menjadi wadah parutan dan bagian inilah seorang ahli teknik pertanian harus paham dengan berapa tingkat kemiringan suatu plat dan jenis plat yang sesuai dengan sifat bahan yang akan diolah.
Kemudian selanjutnya sifat fisik sering digunakan dalam analisa efektifitas pada mesin threser. Dimana thereser sebagai mesin perontok padi yang memiliki bagian pintu masuk sebagai celah perontok batang padi dengan gabah yang akan dipisahkan. Disinilah peran dari  angle of respose sebagai kajian jenis plat yang sesuai agarpada saat batang padi didirong tidak menyebabkan adanya  gerakan terlalu besar.
Selanjutnya mesin pemotong jerami merupakan alat yang prinsip kerjanya mirip dengan thereser. Dimana peran angle of friction yang lebih mendominasi.  Dimana kemiringan wadah tempat untuk meletakkan erami sedemikian mungkin sehingga pada saat pemotongan bagian jerami bisa berjalan tanpa didorong oleh operator.
Sifat bulk density gabah dan beras juga penting untuk desain penggudangan sehinggadalam penggudangan dapat ditentukan luasan tempat dan bentuk tempat yang cocok bagi bahan pertanian tersebut. Pada setiap metode pengukuran ada kesalahan begitu juga perhitungan, terdapat kesalahan yang disebabkan oleh praktikan dan juga akurasi alat yang sudah mulai berkurang.

2.1.6 Kesimpulan dan Saran

2.1.6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu, kita dapat menetukan angle of respose danangle of friction gabah dan beras baik secara manual maupun dengan perhitungan rumus. Dimana angle of respose dipengaruhi oleh luas gundukan pada beras dan gabah dimana nilai angle of respose dari beras lebih tinggi dibandingkan dengan dengan angle of friction dari gabah. Hal ini disebabkan karena permukaan gabah yang lebih kasar yang disebabkan permukaan sekam sehingga setian bahan saling memegang satu sama lain sehingga besarnya nilai sudut menjadi rendah.
Sedangkan nilai angle of friction dari beras lebih kecil dibanding dengan angle of friction gabah baik itu pada peluncur berupa triplek dan plat tipis . Dimana hal ini disebabkan karena permukaan beras dan peluncur yang halus ditambah dengan kemiringan tertentu sehingga nilai sudut yang ditimbulkan juga semakin kecil. Faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini adalah perbedaan koefisien gesek beras lebih kecil dengan koefisien gesek gabah.
Pada objek ini kita juga dapat menentukan keutuhan beras, sehingga kita dapat menentukan mutu beras berdasarkan utuh, setengah utuh, dan seperempat utuh. Aplikasi pada objek ini sering digunakan pada desain hooper karena banyak mengandung analisa angle of respose dan angle of friction. Selain itu aplikasi objek ini dapat berupa pada mesin pengolahan bahan pangan diantaranya Storage Bings, Hooper, Chutes, Pneumetic Conveying System, Screw Conveyers System, Forage Harvester, dan Threser.

2.1.6.2 Saran

Saran dalam melakukan praktikum ini adalah agar dalam praktikum serius dalam melakukan pengukuran karena nantinya data yang diperoleh akan berakibat pada perbandingan dengan  data acuan sebenarnya. Selanjutnya dalam melakukan praktikum ini harus lebih memahami teori diawal sebelum praktikum sehingganya nanti pada saat melakukan praktikum praktikan telah dapat memahami secara jelas apa yang harus dilakukan didalam laboratorium.
Kemudian yang paling penting adalah kekompakan anggota kelompok dalam melakukan praktikum. Hal ini penting karena tanpa adanya koordinasi yang baik antar anggota kelompok akan meyebabkan terjadinya kesalahpahaman. Misalkan jika dalam melakukan pengambilan data objek hanya dilakukan oleh satu orang tanpa adanya pembagian tugas yang jelas maka proses praktikum akan berjalan cukup lama. 

Terimakasih :) Tunggu Postingan Selanjutnya yaaa

3 komentar:

  1. assalamualaikum,, kak gak ada daftar pustakanya ya kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumussalam
      ada kok dapusnya, tapi di halaman yang berbeda :)

      Hapus
    2. Eh eh, jangan plagiat yaa...
      Wkwk

      Hapus