BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
I. Objek 1 (SIFAT FISIK GABAH DAN BERAS)
2.1.1Tujuan dan Manfaat
2.1.1.1 Tujuan
1)
Menentukanbulk density (m/g³)
2)
Menentukan
Angle of respose gabah dan beras (°)
3)
Menentukan
Angle of friction gabah dan beras (°)
2.1.1.2 Manfaat
1.
Agar
praktikan mampu memahami sifat fisik gabah dan beras.
2.
Agar
praktikan mampu membedakan Angle of
respose dan Angle of friction.
3.
Agar
praktikan dapat mengetahui mana beras
yang berkulitas baik mana yang tidak.
4.
Agar
mampu menentukan sifat fisik gabah dan beras serta menentukan faktor ilmiah
yang mempengaruhi sifat tersebut.
5.
Agar
praktikan memahami tentang sifat fisik utama dari bahan pertanian terutama
gabah dan beras sebagai hasil pertanian yang paling utama untuk penelitian
dimasa mendatang.
2.1.2 Tinjauan Pustaka
Sifat fisik bahan
pertanian merupakan faktor yang sangat penting dalam masalah-masalah dalam
merancang suatu alat khusus untuk suatu produk pertanian atau analisa perilaku
produk dan cara penanganannya. Karakteristik sifat fisik pertanian adalah
bentuk, ukuran, luas permukaan, warna,
penampakan, berat, prositas, densitas, dan kadar air (Suharto, 1991)
Angle of repose merupakan sifat teknik dari suatu bahanberbentuk granular yang dituang
dalam suatu permukaan horizontal yang akan membentuk suatugundukan berbentuk
kerucut. Sudut antara permukaan gundukan terhadap permukaan horizontal inilah
yang disebut dengan angle of respose.
(Khatir, 2006)
Angle of friction adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan kayu dengan
bidang horizontal, pada saat gabah diatas permukaan tersebut karena gaya berat.
Gaya berat adalah massa partikel yang menempati satu unit volume tertentu.
Densitas bulk ditentukan dengan oleh berat wadah yang diketahui volumenya dan
merupakan hasil pembagian dengan berat granular dengan volume wadah. Porositas
merupakan bagian yang tidak ditempati oleh partikel atau bahan padatan.
Kriteria untuk bentuk
dan dapat dibagi atas berbagai macam diantaranya:
1. Charterd
Standards (Gambar standar)
Yaitu dengan mengukur
penampang memanjang dan menglintang akan menghasilkan gambar standar. Contoh: round, oblate, oblong, cone, dan
lain-lain. Charted standard sangat
sederhana namun bersifat sangat subjektif.
2. Roundnes
Yaitu ukuran
keruncingan sudut dari suatu bahan padat. Ada beberap persamaan untuk melakukan
perhitungan dengan roundness diantaranya:
Rd= Ap/Ac atau Rd= r/R atau Rd= dr/dt
3.
Sphericity
Yaitu perbandingan
antara luas permukaan bola yang mempunyai volume sama dengan diameter bak
terkecil yang dapat mengelilingi objek. Nilai dari skala penentuan sphericity dorentang dari 0-1. Dimana
jika suatu benda mendekati nilai 1 maka benda tersebut dapat dinyatakan
mendekati nilai kebulatan.
Sphericity juga dirumuskan dengan
. Asumsi dari bahan yang dianggap memiliki
bentuk ellips. Sphericity secara jelas dapat dijelaskan dengan rumus:
Sphericity= (volume bahan/volume bola yang mengeliling)^1/3
4.
Reseblance to Geometric Bodies (Kemiripan dengan Benda Geometris)
Yaitu penentuan sifat fisik suatu benda dengan benda
standar yang selain standar tersebut dihubungkan dengan benda geometri. Benda
geometri yang dimaksud dapat dikelompokkan menjadi:
a.
Bulat memanjang (prolate spheroid)
b.
Bulat
membujur (oblate spheroid)
c. Kerucut berputar/silinder.
Dimana dapat
didefinisikan masing-masingnya sebagai berikut:
a.
Bulat
memanjang (prolate spheroid)
Yaitu bentuk yang terjadi apabila sebuah bentuk ellips
berputar pada sumbu panjangnya. Contoh : lemon.
b.
Bulat
membuju (oblate spheroid)
Yaitu bentuk yang terjadi apabila sebuah ellips berputar
pada sumbu pendeknya. Contoh : anggur.
c.
Kerucut
berputar/silinder
Yaitu bentuk yang menyerupai kerucut/ tabung. Contoh:
wortel dan timun.
Bahan pada pangan biasanya berbentuk
cairan dan padatan, meskipun demikian bukan berarti bahan mengandung air tidak
mengandung bahan padatan begitu juga sebaliknya. Bahan pangan juga memiliki
sifat cair seperti airan encer. Kedua sifat inilah yang dinamakan sifat alir
bahan pangan.
Beras adalah butiran padi yang telah
dibuang, namun kulit sekam telah menjadi bagian bagian kasar yang secara
konvensional disebut dengan dedak. Gabah merupakan hasil panenpad dari tangkai
induknya. Gabah tersusun atas 15-30% kulit luar atau sekam, 4-5% kulit ari, 12-14% katul,
65-67% endosperm dan sisanya merupakan lembaga.
Sekam membentu jaringan keras
sehingga menjadi perisai pelindung bagi butir beras terhadap pengaruh luar.
Kulit ari bersifat kedap terhadap oksigen, karbon dioksida, dan kedap air.
Sehingga dapat melindungi butir beras dari kerusakan oksidasi dan enzimatis.
Lapisan katul merupakan lapisan yang banyak mengandung vitamin B1, B2, B6, B12,
dan niasir. Endosperm merupakan bagian utama dari butir beras dengan pati
sebagaikomposisi utamanya. Endosperm juga mengandung protein dan selulosa dalam
jumlah banyak serta vitamin dan mineral
dalam jumlah kecil.
Berikut ini dikemukakan secara umum
kritera dan mutu beras diantaranya:
1.
Mutu
Pasar
Mutu beras dipasaran
umumnya berkaitan dengan harga beras tersebut. Dalam kaitan ini Badan Logistik
(Bulog) telah menetapkan ciri penetapan mutu beras yang akan dibeli badan
tersebut. Namun ketentuan ini tidak berlaku dipasar bebas. Ukuran beras adalah
panjang butiran beras utuh menggunakan mikrometer.
2.
Mutu
Rasa
Mutu rasa beras yang
dapat dijadikan tolak ukur memiliki sifat subjektif yang dipengaruhi oleh daerah, suku bangsa,
dan sebagainya. Meskipun belum ada ketentuan yang pasti untuk menetapkan mutu
beras, namun mutu rasa sudah menjadi acuan memperkirakan jenis varietas dari
produk tersebut.
3.
Mutu
Tanak
Yaitu persyaratan
utama dalam pengolahan beras dalam dunia internasional. Hal ini telah
diterapkan dalam penerapan mutu beras di Amerika. Ciri utama dari mutu tanak
adalah pengembangan volume, kemampuan
mengikat air, stabilitas pengalengan nasi, lama waktu dalam penanakan, serta
viskositas padi yang digunakan tesebut.
4.
Komposisi
Beras
Kandungan standar
gizi beras adalah sebesar 360 kalori ,protein sebesar 6,8 gram, kalsium 6 mg
dan zat besi 8 mg. Salah satu faktor yang mempengaruhi biologis tanah adalah
suhu. Perubahan secara kimia pada proses penyimpanan secara cepat dapat terjadi
pada tingkat suhu 30-40°C, sedangkan pada tingkatan suhu lebih dari itu akan
menyebabkan hilangnya daya kecambah dari gabah.
Butiran-butiran gabah memiliki karakteristik bentuk
dan beragam, tergantung varietasnya. Secara umum, subspecies padi yang ditanam
di dunia dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu Japonica,Javanica, dan Indica.
Padi jenis Japonica memiliki
bentuk butiran gabah pendek membulat, sedangkan pdadi jenis Indica memiliki bentuk butiran bulat
memanjang. Di Indonesia jenis padi yang banyak ditanam yaitu padi jenis Indica. Butiran gabah dapat diuraikan
menjadi bagian-bagian. Secara garis besar, bagian-bagian gabah dapat dibedakan
mejnadi tiga bagian. Bagian paling luar disebut sekam. Sekam tersusun dari
palea, lemma, dan glume. Bagian keduadisebut bagian bekatul. Bagian bekatul
tersusun atas lapisan luar, lapisan tengah, lapisan silang, testa, dan aleuron,
sedangkan lapisan yang paling dalam disebut endosperm. Gabah hasil panen
kemudian diproses lebih lanjut menjadi beras melalui proses penggilingan.
Tahapan pascapanen tanaman padi meliputi perontokan, pengangkutan, pengeringan,
penggilingan, penyimpanan, dan pengemasan. Salah satu tahapan pascapanen yang
peting yaitu proses penggilingan. Pada tahapan ini, gabah yang sudah siap
digiling atau Gabah Kering Giling (KGK) akan diproses menjadi beras putih yang
siap dikonsumsi.
Dilihat dari segi kandungan gizi, butiran beras
mengandung 70-75% karbihidrat, 6-7,5% protein, 3 % lemak, dan sedikit vitamin
B2. Karbohidrat dan protein terdapat di dalam lapisan bekatul dan endosperm,
sebagian besar lemak dan vitamin B2 terdapat dalam bekatul. Kandungan protein
pada endosperm berpengaruh pada rendemen beras kepala dan derajat keputihan
butiran. Kadar protein yang tinggi membuat butiran menjadi keras sehingga
cenderung tidak patah pada saat penyosohan atau berat sosoh. Berat sosoh adalah
tingkat terlepasnya lapisan bekatul, lembaga, dan edikit endosperm dan butiran
beras. Penilaian derajat sosoh :
1. Perhitungan
berat bekatul yang terlepas setelah proses penyosohan.
2. Menggunakan
pembanding standar derajat sosoh beras secara visual dengan bantuan alat kaca
pembesar.
3. Menggunakan
alat Satake Milling Meter MM-1C atau whiteness meter.
Selain itu butiran beras juga tahan terhadap gesekan
sehingga hanya sedikit bangian endosperm yang terkikis. Akibatnya, derajat
sosoh akan menjadi rendah.
Kualitas fisik gabh terutama ditentukan oleh kadar air
dan kemurnian gabah. Kadar air gabah adalah jumlah kandungan air di dalam
butiran gabah yang biasa dinyatakan dalam satuan (%) dan dari berat basah (wet
basis). Sedangkan tingkat kemurnia gabah merupakan persentase berat gabah
bernas terhadapberat keseluruhan campuran gabah. Makin banyak benda asing atau
gabah hampa atau rusak di dalam campuran gabah maka tingkat kemurnian gabah
akan menurun. Kemudian gabah dipengaruhi oleh adanya butir yang tidak bernas
seperti butir hampa, butir-butir tanah, batu-batu kerikil, potogan kayu,
potongan logam, angkai padi, biji-bijian lain, bangkai serangga hama, serat
karung, dan sebagainya. Termasuk pula dalam kategori kotoran adalah
butiran-butiran bagah yang telah terkelupas dan gabah patah. Kualitas gabah
akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas berasyan dihasilkan. Kualitas gabah
yang baik akan berpengaruh pada tingginya rendemen giling. Rendemen giling
adalah persentase berat sosoh terhadap berat gabah yang digiling.
Kadar air yang optimal untuk
melakukan penggilingan adalah 13-15%. Pada kadar air yang lebih tinggi gabah
sulit terkelupas, sedangkan pada kadar air yang lebih rendah butiran gabah
menjadi mudah patah. Gabah yang baru panen (GKP), memiliki kadar air antara
20-27%. Apabila gabah disimpan sebelum digiling kadar airnya harus diturunkan
terlebih dahulu dengan cara dikeringkan sampai kadar air maksimum 18%. Pada
kadar air ini gabah disebut gabah kering simpan (GKS). Sebelum digiling GKS
dikeringkan lagi hingga kadar air sekitar 13-15%.
Gabah kering panen yang memiliki
kadar air sekitar 20% akan menurun beratsnya sebanyak 7% setelah mengalami
proses pengeringan hingga menjadi gabah kering giling yang memiliki kadar air sekitar 14%. Apabila tidak
langsung digiling, gabah terlebih dahulu disimpan dalam bentuk gabah kering
giling. Gabah kering giling yang memiliki kadar air sekitar 14% dan kotoran
sekitar 3% dianggap sebagai bobot awal (100%) yang merupakan masukan terhadap
proses penggilingan. Proses penggilingan padi
diawali dengan pembersihan awal untuk membersihkan kotoran-kotoran yang
berjumlah kira-kira 3% dari bobot gabah awal. Selanjutnya gabah mengalami
proses pemecahan kulit, dimana sekam yang berbobot 20% dari bobot gabah
awal-awal terlepas dari butiran gabah, dan akan tersisa beras pecah kulit
sebanyak 77%. Beras pecah kulit kemudian melalui proses penyosohan untuk
memisahkan bekatulnya dan untuk mendapat warna beras yang mengkilap. Akibat
proses ini diperoleh bekatul sebanyak 10% dari berat gabah awal. Beras kepala
sebanyak 52%. Persentase sekam dan bekatul sematat-mata disebabkan oleh
perbedaan varietas padi, sedangkan persentase beras patah dan beras kepala
banyak dipengaruhi oleh kinerja mesin yng dipakai.
Kadar air merupakan salah satu fisik
dari bahan yang menunjukkan banyaknya air yang terkandung di dalam bahan. Kadar
air biasanya digunakan dalam persentase berat air terhadap bahan basah atau
dalam gram air untuk setiap 100gram bahan yang disebut dengan kadar air basis
basah (bb). Berat bahan kering atau padatan adalah setelah mengalami pemanasan
beberapa waktu tertentu sehingga
beratnya tetap.
Cara pengerigan secara umum ke dalam
empat golongan menurut suhu udara pengeringnya :
1. Cara
pengeringan dengan suhu sangat rendah.
2. Cara
pengeringan dengan suhu rendah.
3. Cara
pengeringan dengan suhu tinggi.
4. Cara
pengeringan dengan suhu sangat tinggi.
2.1.3 Bahan dan Alat
2.1.3.1 Bahan
1.
Beras
1,5 kg
2.
Gabah
1,5 kg
2.1.3.1. Alat
1.
Timbangan
digital atau manual.
2.
Vernier caliper/ jangka sorong.
3.
Papan
triplek dan plat tipis.
4.
Pipa
diamerer 21 cm
5.
Busur
dan penggaris.
2.1.4 Metoda
a.
Ukur
panjang (d mayor), lebar (d moderate), dan tebal (d minor) untuk padi dan beras dengan
menggunakan vernier caliper atau
jangka sorong. Sampel pada masing-masing bahan yang digunakan sebanyak 10
butir. Data yang didapat selanjutnya dimasukkan pada tabel sampel bahan
rata-ratanya dihitung.
b.
Tentukan
jenis padi berdasarkan ukuran panjangnya
Tabel 1. Ukuran Panjang Padi
Dmayor
|
Jenis
|
>7,5 mm
|
Sangat Panjang
|
6,5<dmayor<7,5
mm
|
Panjang
|
5,5< dmayor<6,5mm
|
Sedang
|
<5,5 mm
|
Pendek
|
c.
Tentukan
jenis beras berdasarkan ukuranpanjangnya
Tabel 2. Ukuran
Panjang Beras
Dmayor
|
Jenis
|
>7,0 mm
|
Sangat Panjang
|
6,0<dmayor<7,0
mm
|
Panjang
|
5,0<dmayor<6,0
mm
|
Sedang
|
<5,0 mm
|
Pendek
|
d.
Tentukan
subjenis atau rasio diameter untuk padi (dmayor/dmoderat)
Tabel 3. Subjenis
atau Rasio Diameter Padi
Rasio
|
Jenis
|
>3,0 mm
|
Slender
|
2,0<rasio<3,0 mm
|
Bold
|
<2,0 mm
|
Round
|
e.
Tentukan
bulk density bahan, yaitu:
perbandingan massa dengan volume.
Bulk density = m/V
Dimana: m= massa dari
bahan (g)
V= volume tabung (V)= ¼πd²t
f.
Angle of respose = Arc tan t/d
g.
Tentukan
angle of friction, yaitu :letakkan 10
butir masing-masing bahan diatas permukaan bidang datar (triplek/plat tipis),
selanjutnya miringkan bidang pelan-pelan dan ukurlah besar sudut kemiringan
bidang pada saat benda meluncur.
h.
Tentukan
persentase beras hasil penggilingan berdasarkan keutuhannya, yaitu dengan cara
menimbang 100 g (x), selanjutnya pisahkan dan kelompokkan beras menjadi head rice (X1), Large broken (X2), dan small
broken (X3).
% head rice = (X1/X)
*100%
%large broken = (X2/X)
* 100%
% small broken =
(X3/X) *100%
2.1.5 Hasil dan Pembahasan
2.1.5.1 Hasil
Tabel 4. Data Gabah dan Beras
Bahan
|
|
Sampel
|
|||||
1(cm)
|
2 (cm)
|
3(cm)
|
4(cm)
|
5(cm)
|
Rata-rata
|
||
Beras
|
Dmayor
|
0,415
|
0,510
|
0,620
|
0,525
|
0,605
|
0,535
|
dmoderat
|
0,210
|
0,205
|
0,230
|
0,135
|
0,210
|
0,198
|
|
Dminor
|
0,125
|
0,140
|
0,125
|
0,135
|
0,130
|
0,131
|
|
Gabah
|
Dmayor
|
0,820
|
0,800
|
0,735
|
0,840
|
0,805
|
0,800
|
dmoderat
|
0,235
|
0,233
|
0,548
|
0,215
|
0,240
|
0,293
|
|
Dminor
|
0,135
|
0,108
|
0,230
|
0,145
|
0,145
|
0,153
|
Tabel 5. Data Kriteria Gabah dan Beras
Kriteria
|
Gabah
|
Beras
|
Jenis
bahan (sangat panjang, panjang, sedang pendek )
|
Sangat panjang
|
Sedang
|
Sub
jenis bahan (slender, bold, round)
|
Bold
|
-
|
Berat
tabung kosong W1 (g)
|
-
|
-
|
Berat
tabung kosong + bahan W2 (g)
|
-
|
-
|
Volume
tabung V (cm³)
|
2528,173 cm³
|
1736,378 cm³
|
Bulk
density (g/cm³)
|
0,593 g/cm³
|
0,863 g/cm³
|
Angle of respose (°)
|
15,01°
|
17,34°
|
Angle of friction (°)
-
Triplek
-
Plat
tipis
|
|
|
43°
|
30°
|
|
40°
|
25°
|
|
% head rice
|
-
|
15,5%
|
% large broken
|
-
|
9%
|
% small broken
|
-
|
5,4%
|
2.1.5.2 Pembahasan
Pada praktikum objek
pertama ini yaitu tentang sifat fisik gabah dan beras. Dimana telah diketahui
bahwa antara gabah dan beras memiliki karakteristik yang berbeda. Untuk
masing-masing bahan (gabah dan beras) diambil sampel secara acak sebanyak 10
buah sampel dari masing-masing bahan yang ukurannya berbeda.
Dalam menentukan dmayor, dmoderat, dan dminor harus
diperhatikan nilai pengukuran bahan. Maksudnya adalah agar tidak terjadi
kekeliruan terhadap nilai dmoderat,
dan dminor. Karena kebanyakan
pembacaan data antara dmoderat, dan dminorsering salah tempat. Nilai dari dmoderat akan selalu lebih besar
dibandingkan dengan dminor.
Dari data gabah
secara rata-rata didapatkan nilai dmayor,
dmoderat, dan dminorberturut-turut adalah 0,800 cm, 0,293 cm, dan 0,153 cm.
Sedangkan dari data rata-rata yang didapatkan dari nilai dmayor, dmoderat, dan dminordari beras adalah 0,535 cm, 0,198
cm, dan 0,131 cm. Dari data ini menunjukkan bahwa nilai dari dmayor, dmoderat, dan dminordari
gabah akan lebih besar dibandingkan nilai dmayor,
dmoderat, dan dminor dari beras. Faktor yang menyebabkan perbedaan nilai ini
adalah karena beras merupakan bahan dari gabah yang telah kehilangan sekam.
Untuk kasus ini berlaku jika bahan yang dibandingkan berasal dari varietas yang
sama. Namun pada varietas berbeda perbandingan ini tidak berlaku karena boleh
jadi suatu varietas memang ukurannya pendek atau panjang. Hal inilah yang
menyebabkan adanya pembagian sub jenis bahan pertanian.
Sedangkan hasil
perhitungan angle of respose dengan
pengamatan secara manual dengan menggunakan alat berupa busur dan menggunakan
perhitungan dengan rumus pada masing-masing bahan terutama pada pencarian nilai
dari angle of friction. Dalam
menentukan angle of respose dari
gabah dan beras dilakukan secara manual dimana nilai angle of respose masing-masing adalah 15,01° untuk gabah dan 17,34°
untuk beras. Hasil yang berbeda ini dipengaruhi secara langsung oleh permukaan
gabah dan beras yang berbeda. Dimana permukaan gabah lebih kasar dibandingkan
dengan permukaan beras. Sehingga daya saling memegang antar bahan pada gabah
lebih besar dibandingkan dengan beras.
Dari data angle of friction dari gabah dan beras
didapatkan 43° gabah pada triplek dan 30° beras pada triplek pula. Sedangkan
pada plat tipis pada gabah senilai 40°,
sedangkan pada beras sebesar 25°. Hampir sama dengan penjelasan pada angle of respose dimana nilai pada angle
of friction sealin dipengaruhi oleh permukaan benda/bahan juga dipengaruhi oleh
permukaan benda peluncur (triplek dan plat tipis).
Dalam hal ini nilai angle
of friction pada plat tipis lebih rendah dibanding angle of friction pada triplek disebabkan karena koefisien gesek
dari plat tipis lebih rendah. Hal inilah yang menyebabkan banyak alat pada
pengolahan pertanian lebih sering menggunakan plat tipis terutama jenis plat stainless stell.
Dari nilai bulk density antara gabah dan beras
didapatkan nilai bulk density gabah
sebesar 0,593 g/cm³ dan bulk density beras 0,863 g/cm³. Dari perbedaan data ini
dapat diambil kesimpulan bahwa beras sebagai bahan pangan yang bersifat bulkyatau mengambil banyak tempat dengan
jumlah persatuan unit yang lebih banyak. Hal ini menunjukkan bahwa beras lebih bulky atau menempati ruang yang sama
dengan massa lebih besar dibandingkan
dengan gabah.
Dari penentuan
persentase berat beras hasil penggilingan berdasarkan keutuhannya didapatkan head rice sebesar 15,5%, large brokekndan small broken berturut-turut sebesar 9% dan 5,4%. Perhitungan ini
berdasarkan anggapan sampel sebenarnya sebanyak 299 dari seluruh jumlah X1,X2
dan X3 didapatkan head rice sebesar 51,8%, sehingga nilai ini merupakan nilai
mutu ke IV dari penentuan mutu beras di Indonesia. Sedangkan large rice sebesar
30,10% dan small broken sebesar 18%. Jadi secara berturut-turut nilai
keutuhannya menjadi V dan VI diurutan kualitas beras di Indonesia.
Karakteristik teknik bahan pertanian adalah sifat fisik dari bahan pertanian yang dianalisis dengan tujuan
memudahkan dalam mendesain proses dan alat dan mesin yang terkait dengan penanganan dan aplikasi
bahan pertanian. Contoh
bahan pertanian yaitu benih, pupuk, hasil pertanian, hingga limbah biologis hasil aktivitas pertanian. Sifat
fisik yang dianalisis adalah ukuran sederhana (bentuk, panjang, luas permukaan,
volume, massa, massa jenis), sifat listrik, sifat panas (mencakup konduktivitas, difusivitas, kemampuan pindah panas, dan sebagainya), karakteristik air
(mencakup kadar
air, higroskopisitas, kadar air kesetimbangan, dan sebagainya),
sifat optik, tegangan mekanis, rheologi, sifat aerodinamika dan hidrodinamika, dan sebagainya. Karakteristik tak langsung
seperti gesekan yang terjadi antara bahan pertanian dan bahan pertanian dengan
media lain serta kerusakan mekanik dan fisik juga dianalisis.
Luas permukaan
bahan-bahan hasil pertanian bermanfaat untuk berbagai kebutuhan seperti menentukan
kapasitas laju fotosintesis, menentukan hubungan tanaman, tanah, dan air
(transpirasi, evapotranspirasi); menentukan efisiensi penggunaan pestisida, hingga pengujian kualitas produk hasil
pertanian (misal kualitas daun tembakau).
Metode yang digunakan adalah planimeter di
mana bayangan benda diproyeksikan di atas kertas, lalu luas bayangan benda.
Metode lain yang lebih maju adalah dengan menggunakan alat yang disebut dengan air-flow
planimeter. Perkembangan teknologi sinar laser dan optik yang dihubungkan
dengan komputer mempercepat proses ini dengan fasilitas pemrosesan gambar (image processing).
Volume dan massa
jenis berbagai produk pertanian berperan penting pada teknologi proses dan
dalam evaluasi kualitas produk. Penggunaan sifat ini ada pada teknologi
pengeringan, penyimpanan, penentuan tingkat kemasakan buah, dan lain-lain.
Umumnya keduanya diukur secara bersamaan menggunakan metode displacement
(perpindahan massa) setelah berat bahan diukur.
Aplikasi dari
praktikum pada penentuan sifat fisik gabah dan beras ini diantaranya adalah
desain pada mesin pengolahan pertanian seperti Storage Bings, Hooper, Chutes, Pneumetic Conveying System, Screw
Conveyers System, Forage Harvester, dan Threser.
Desain hooper adalah aplikasi yang sering
dimanfaatkan dalam kajian sifat fisik produk pertanian. Dimana hooper sebagai
bagian yang digunakan untuk memasukkan yang akan diparut dan sekaligus menjadi
wadah parutan dan bagian inilah seorang ahli teknik pertanian harus paham
dengan berapa tingkat kemiringan suatu plat dan jenis plat yang sesuai dengan
sifat bahan yang akan diolah.
Kemudian selanjutnya
sifat fisik sering digunakan dalam analisa efektifitas pada mesin threser.
Dimana thereser sebagai mesin perontok padi yang memiliki bagian pintu masuk
sebagai celah perontok batang padi dengan gabah yang akan dipisahkan. Disinilah
peran dari angle of respose sebagai kajian jenis plat yang sesuai agarpada
saat batang padi didirong tidak menyebabkan adanya gerakan terlalu besar.
Selanjutnya mesin pemotong jerami merupakan alat yang prinsip
kerjanya mirip dengan thereser. Dimana peran angle
of friction yang lebih mendominasi.
Dimana kemiringan wadah tempat untuk meletakkan erami sedemikian mungkin
sehingga pada saat pemotongan bagian jerami bisa berjalan tanpa didorong oleh
operator.
Sifat bulk density gabah dan beras juga penting untuk desain penggudangan
sehinggadalam penggudangan dapat ditentukan luasan tempat dan bentuk tempat
yang cocok bagi bahan pertanian tersebut. Pada setiap metode pengukuran ada
kesalahan begitu juga perhitungan, terdapat kesalahan yang disebabkan oleh
praktikan dan juga akurasi alat yang sudah mulai berkurang.
2.1.6 Kesimpulan dan Saran
2.1.6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan
dari praktikum ini yaitu, kita dapat menetukan angle of respose danangle of
friction gabah dan beras baik secara manual maupun dengan perhitungan
rumus. Dimana angle of respose
dipengaruhi oleh luas gundukan pada beras dan gabah dimana nilai angle of respose dari beras lebih tinggi
dibandingkan dengan dengan angle of
friction dari gabah. Hal ini disebabkan karena permukaan gabah yang lebih
kasar yang disebabkan permukaan sekam sehingga setian bahan saling memegang
satu sama lain sehingga besarnya nilai sudut menjadi rendah.
Sedangkan nilai angle of friction dari beras lebih kecil
dibanding dengan angle of friction
gabah baik itu pada peluncur berupa triplek dan plat tipis . Dimana hal ini
disebabkan karena permukaan beras dan peluncur yang halus ditambah dengan
kemiringan tertentu sehingga nilai sudut yang ditimbulkan juga semakin kecil.
Faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini adalah perbedaan koefisien gesek
beras lebih kecil dengan koefisien gesek gabah.
Pada objek ini kita
juga dapat menentukan keutuhan beras, sehingga kita dapat menentukan mutu beras
berdasarkan utuh, setengah utuh, dan seperempat utuh. Aplikasi pada objek ini
sering digunakan pada desain hooper
karena banyak mengandung analisa angle of
respose dan angle of friction. Selain itu aplikasi objek ini dapat berupa
pada mesin pengolahan bahan pangan diantaranya Storage Bings, Hooper, Chutes, Pneumetic Conveying System, Screw
Conveyers System, Forage Harvester, dan Threser.
2.1.6.2 Saran
Saran dalam melakukan
praktikum ini adalah agar dalam praktikum serius dalam melakukan pengukuran
karena nantinya data yang diperoleh akan berakibat pada perbandingan
dengan data acuan sebenarnya.
Selanjutnya dalam melakukan praktikum ini harus lebih memahami teori diawal
sebelum praktikum sehingganya nanti pada saat melakukan praktikum praktikan
telah dapat memahami secara jelas apa yang harus dilakukan didalam
laboratorium.
Kemudian yang paling
penting adalah kekompakan anggota kelompok dalam melakukan praktikum. Hal ini
penting karena tanpa adanya koordinasi yang baik antar anggota kelompok akan
meyebabkan terjadinya kesalahpahaman. Misalkan jika dalam melakukan pengambilan
data objek hanya dilakukan oleh satu orang tanpa adanya pembagian tugas yang
jelas maka proses praktikum akan berjalan cukup lama.
Terimakasih :) Tunggu Postingan Selanjutnya yaaa
assalamualaikum,, kak gak ada daftar pustakanya ya kak
BalasHapuswaalaikumussalam
Hapusada kok dapusnya, tapi di halaman yang berbeda :)
Eh eh, jangan plagiat yaa...
HapusWkwk