Jumat, 07 Oktober 2016

Sifat Rheologi Produk Pertanian



VI. Objek 4 (SIFAT RHEOLOGI PRODUK PERTANIAN)

2.4.1 Tujuan dan Manfaat

2.4.1.1 Tujuan

1.      Menentukan hubungan antara gaya dan deformasi
2.      Menentukan nilai poison ratio dari produk pertanian
3.      Menentukan hubungan gaya terhaadap waktu

2.4.1.2 Manfaat

1.      Praktikan dapat mengetahui bagaimana hubungan gaya terhadap deformasi
2.      Praktikan dapat menentukan nilai poison ratio dari produk pertanian
3.      Praktikan dapat mengetahui hubungan gaya terhadap waktu

2.4.2 Tinjauan Pustaka

Faktor-faktor yang mempengaruhi deformasi dan rayapan pada suatubahan pertanian dinamakan sifat rheologis. Kajian tentang rheologi adalah tentang deformasi dan rayapan bahan dengan efek waktu. Kelakuan bahan ditentukan berdasarkan tiga variabel yaitu: tegangan, deformasi atau regangan dan waktu
Rheologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari deformasi dan aliran “flow”
Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk menguji sifat mekanis produk pangan. Pertama, denagn menggunakan indera manusia, yaitu dengan cara menyentuh, memijit, mengigit, mengunyah, dan sebagainya, selanjutnya kita sampaikan apa yang kita rasakan, inilah yang disebut dengan amnalisa sensori. Karena reaksi kita sebagai manusia berbeda-beda maka diperlukan analisa statistik untuk menyimpulkan skala perbedaan ataupun tingkat kesukaan penguji terhadap produk tersebut. Cara uji kedua adalah dengan pendekatan fisik, menggunakan instrumen atau peralatan tertentu, hasilnya dinyatakan dengan unit satuan meter (m), kilogram (kg), detik (dt). Pendekatan fisik untuk mempelajari sfat nekanis bahan disebut dengan rheology. RHEOLOGY adalah suatu cabang ilmu fisik, yang didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari perubahan bentuk suatu material. Gesekan antara bahan padat, sifat alir material bentuk tepung, bahkan pengecilan ukuran suatu partikel seperti pada proses penggilingan, proses emulsifikasi dan atomisasi juga termasuk.
Sifat mekanis bahan dinyatakan berdasarkan tiga parameter, yaitu:
1.      Gaya
2.      Deformasi
3.      Waktu
Ada beberapa alasan mengapa kita mempelajari sifat suatu bahan, pertama kita dapat melihat lebih dalam struktur suatu bahan, misalkan ukuran molekul dan bentuknya dalam suatu larutan terhadap kekentalan, hubungan antara tingkat cross-linh age polymasd dengan elastisitasnya, kedua rheologi juga sering diterapkan untuk mengontrol suatu pengolahan. Contohnya sifat rheologi adonan tepung gandum pada pengolahan roti. Ketiga pengetahuan rheologi diperlukan dalam mendesign alat tertentu seperti pompa, pipa-pipa aliran dan lainya. Design akan lebih efektif jika aliran tersebut diketahui. Ke-empat penerimaan konsumen terhadap suatu produk dipengaruhi oleh sifat rheologinya.
Kendala yang dihadapi dalm mempelajari sifat rheologi suatu produk dengan garis besar adalah sebagai berikut:
1.      Sangat bervariasinya produk pangan, ada yang bersifat padat ad yang bersifat cair dan gas
2.      Masing-masing produk tersebut mempunyai sifat berbeda pada kondisi yang berbeda, contohnya sebuah batu bersifat bahan padatm, tapi batu bisa bersifat cair.
Sifat-sifat rheologi dari sistem farmaseutika dapar mempengaruhi pemilihan alat yang akan di gunakan untuk memproses produk tersebut. Lebih-lebih lagi tidak adanya perhatian terhadap pemilihan alat yang akan digunakan akan berakibat diperolehnya hasil yang tidak diinginkan. Paling tidak dalam karakteristik alirannya.
Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi oleh waktu adalah:
1.      Aliran plastik
2.      Aliran pseudoplastik
3.      Aliran dilator

Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi oleh waktu adalah:
1.      Aliran tiksotropik
2.      Aliran rheopeksi
3.      Aliran viskoelastis
Bahan pangan liquid seperti susu, madu, sari buah dan minuman lainnya serta minyak sayur menunjukan sifat aliran yang sederhana. Bahan liquid yang lebih kental seperti saus tomat dan mayones mempunyai sifat yang lebih rumit.
Bahan pangan semipadat seperti selai kacang dan margarin bereaksi diantara bahan padat dan liquid. Hampir semua bahan pangan ini dialirkan dengan pompaoleh karena itu penting untuk menentukan kebutuhan berada pada proses pemompaan. Pengangkutan bahan liquid dengan pompa ini ditentukan oleh massa jenis dan viscositas.
Dalam mempelajari rheoligi bahan pangan padat kita perlu mempelajari konsep dasar tentang stress dan strain:
1.      Stress
Stress adalah intensitas beban force pada suatu luas permukaan. Force adalah suatu gaya yang dikenakan pada suatu benda yang mengakibatkan terjadinya deformasi. Stress didefinisikan sebagai bahan force persatuan luasan, seperti halnya tekanan, tekanan hidrostatik pada kenyataannya adalah contoh bentuk stress satuanya sama dengan satuan stress.
Intensitas gaya internal pada suatu titik atau komponen gaya bekerja pada suatu bidang melalui suatu titik
1.      Compressive strength: kekuatan tekan maksimum dimana bahan dapat bertahan tanpa mengalami kerusakan
2.      ELastic limit : tegangan / kekuatan dimana bahan dapat bertahan tanpa mengalami regangan permanen saat tegangan dilepas
3.      Modulus elastic : ratio tegangan dengan regangan dibawah proporsional.

2.      Strain
Deformasi, bila suatu bahan padat dikenakan beban stress, maka satu atau lebih dimensinya akan berubah perubahan dimensi ini yang disebut dengan deformasi. Strain adalah perubahan dimensi relatif terhadap dimensi awal, satuan strain merupakan perbandingan antara dua dimensi panjang, kerenanya tidak memiliki satuan.poison ratio adalah perbandingan antara lateral strain dengan axial strain.
Produk pangan atau produk antara dalam proses pengolahan memiliki bentuk dan tekstur yang bermacam-macam. Ada produk pangan yang berbentuk cair, padat, semi padat, dan ada juga yang memiliki sifat elasitis dan kental. Produk pangan yang berbeda-beda tekstur tersebut memiliki respon yang berbeda apabila dikenakan gaya. Suatu jenis produk pangan dapat berubah sifat reologinya setelah diolah kembali. Dengan perubahan sifat tersebut maka pengukuran mutu teksturpun akan berbeda. Parameter penting mutu pada produk pangan diantaranya kekenyalan, kelengketan, dan elastisitas.
Perubahan bentuk (deformasi) suatu benda padat, semi padat, plastic, atau cair dapat terjadi apabila ada gaya yang mengenainya. Gaya yang diberikan dapat berupa gaya tekan (compression), gaya tarik (tensile), atau gaya geser (shearing). Gaya tekan dapat menyebabkan ukuran benda tersebut menjadi lebih menyusut, gaya tarik dapat menyebabkan ukuran benda lebih panjang, sedangkan gaya geser menyebabkan benda bergerak atau bergeser dari posisinya semula sehingga memiliki sifat mengalir dan memiliki bentuk yang berberda dari bentuk aslinya.  Setiap produk pangan akan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap gaya-gaya tersebut. Dengan kata lain, produk pangan mempunyai sifat reologi yang spesifik, sehingga analisis sifat reologi ini sering dilakukan untuk mengkarakterisai produk pangan ataupun produk antaranya di dalam tahap proses pengolahannya.
Suatu benda pada prinsipnya dapat berprilaku dalam tiga cara dalam merespon gaya yang mengenainya, yaitu dapat bersifat elastik, plastik, atau mengalir. Hal ini diikuti dengan tiga parameter reologi yang banyak digunakan yaitu elastisitas, plastisitas, dan fluditas. Ketiga parameter reologi tersebut banyak dipakai sebagai dasar untuk memahami reologi benda padat atau semi padat beserta teknik pengukurannya.

1.      Perilaku Elastis
Perilaku elastis suatu benda dapat dihitung dari beberapa atau seberapa bersar perubahan panjang yang terjadi setalah gaya diberikan. Perilaku elastis terjadi apabila tekanan (stress) pada suatu benda berbanding lurus dengan strain. Tekanan adalah gaya yang diberikan (F) per satuan luas (A), sedangkan strain adalah akibat yang ditimbulkan dari stress, dan dinyatakan sebagai perubahan panjang (∆L) per satuan panjang awal (L). ekspresi hubungan keduanya dikenal dengan elastisitas modulus atau modulus Young (E).
Persamaan tersebut hanya dapat diterapkan jika benda berada di bawah tekanan. Apabila gaya yang diberikan adalah dalam bentuk gesekan atau hidrostatik maka koefisien yang digunakan adalah modulus shear (G) dan modulus curah atau bulk (K).
2.      Perilaku Pelastik
Benda yang  bersifat plastik akan mengalami perubahan bentuk yang kontinu apabila dikenakan gaya. Walaupun dapat kembali ke bentuk semula tetapi bentuk benda tersebut tidak dapat kembali kebentuk yang sesempurna sebagaimana benda elastis. Perilaku plastik ideal dapat dijelaskan dengan membayangkan suatu benda diletakkan di atas permukaan yang rata. Apabila gaya mengenainya, maka benda tersebut tidak akan bergerak hingga suatu tingkat stress tertentu tercapai atau sering disebut dengan yield stress. Setelah yield stress ini tercapai, maka aliran atau gerakan benda tersebut akan berlangsung seterusnya.
3.      Perilaku Mengalir
Perilaku sifat mengalir (fluditas) yang ideal terjadi dalam benda yang mengalir, dimana perubahan bentuk (daya alir) berbanding lurus dengan gaya yang diberikan. Sifat mengalir ini biasanya tidak dimiliki oleh benda yang berbentuk padat.
4.      Sifat Makanan Padat
Benda yang bersifat padat ideal (solid) tidak mengalami perubahan bentuk apabila diberikan gaya. Benda yang bersifat padat ideal biasa disebut Hooke Solid. Produk pangan pada umumnya tidak menunjukkan sifat padat ideal. Karena seringkali mengalami perubahan bentuk oleh adanya gaya. Namun dibandingkan dengan produk yang  bersifat elastis, perubahan bentuk produk yang bersifat padat kecil. Yang terjadi adalah produk tersebut akan mengalami patah, rapuh atau hancur bila ada yang menanganinya atau mengenainya melebihi batas daya tahannya. Tetapi apabila gaya tekan tersebut masih di bawah batas daya tahannya maka produk tersebut tidak mengalami perubahan bentuk sama sekali.
5.      Sifat Makanan Viskoelastik
Produk pangan dan produk antaranya dalam pengolahan mempunyai sifat sebagai kombinasi dari bahan elastik dan kental. Bahan seperti ini disebut bahan viskoelastik. Benda yang mempunyai sifat viskoelastik dapat mengalami perubahan bentuk (deformasi) yang bersifat mengalir bila dikenakan gaya. Uji reologi adonan dapat diukur dengan viscograph (terutama untuk mengetahui karakteristik tepungnya).
6.      Parameter Reologi
a.       Kekerasan
Kekerasan adalah sifat produk pangan yang menunjukkan daya tahan untuk pecah akibat gaya tekan yang diberikan. Sifat derajat mudah patah dari suatu benda dapat dinyatakan sebagai nilai kekerasan (hardness) yang dapat diukur dengan alat instron. Dalam cara mengukur kekerasa, gaya tekan akan memecahkan produk padat dan pecahnya langsung dari bentuk aslinya tanpa didahului perubahan bentuk. Caranya adalah benda tersebut ditekan hingga pecah dan besarnya gaya tekan untuk memecah produk padat ini disebut niali kekerasan.
b.      Kekenyalan
Sifat kekenyalan adalh sifat relogi yang menggambarkan daya  tahan produk untuk lepas atau pecah oleh adanya gaya tekan. Bedanya kekerasan untuk menyatakan sifat benda atau produk pangan padat yang tidak bersifat deformasi, sedangkan sifat kenyal adalah sifat reologi pada produk pangan elastis yang bersifat deformasi. Sebagaimana dalam pengukuran kekerasan, gaya yang diberikan untuk mengukur kekenyalan adalah gaya tekan. Pada pengukuran kekenyalan, gaya yang diberikan mula-mula menyebabkan perubahan bentuk produk, baru kemudian memecahkan produk setelah gaya yang diberika melewati daya tahannya.
c.       Elastisitas
Elastisitas adalah sifat reologi yang menggambarkan daya tahan untuk putus akibat gaya tarik.
d.      Kelengketan
Sifat lengket adalah sifat reologi yang menggambarkan sifat perubahan bentuk benda yang dipengaruhi oleh gaya kohesi dan adhesi.
e.       Kerapuhan
Kerapuhan menunjukkan seberapa kuat produk menahan gaya tekan. Kerapuhan biasanya berkolerasi erat dengan nilai kekerasan, dimana pada umumnya produk yang rapuh memiliki nilai kekerasan yang rendah.

2.4.3 Bahan dan Alat

2.4.3.1 Bahan

1.      Sawo
2.      Tomat merah
3.      Terong pirus

2.4.3.2 Alat

1.      Calibration mass
2.      Mistar
3.      Papan
4.      Jangka sorong

2.4.4 Metoda

C.1 Menentukan hubungan antara gaya dan deformasi
1.      Ukur tinggi dan diameter sawo tanpa beban masing-masing produk 3 sampel
2.      Tempatkan beban di atas sawo
3.      Ukurlah beberapa deformasi yang terjadi pada sawo dengan mengukur diameter dan tinggi sawo selama diberi beban serta perhatikan skala pada mistar
4.      Tambahkan beban dan ulangi prosedur diatas
5.      Catat hasil pengamatan pada tabel
6.      Lakukan hal yang sama pada tomat merah dan terong pirus
C.2 Menentukan hubungan gaya terhadap waktu
1.      Setelah dilakukan perlakuan terhadap produk, maka bahan disimpan pada suhu pendingin dan suhu ruangan
2.      Sampel masing-masing bahan 2 buah di suhu pendingin dan satu disuhu ruangan
3.      Amati perubahan yang terjadi pada prooduk pertanian akibat diberi gaya dan terjadinya deformasi selama 3 datau 4 hari.


2.4.5 Hasil dan Pembahasan

2.4.5.1 Hasil

Tabel 10. Data Poisson Ratio Sawo

Produk
beban (gr)
X0
X1
L0
L1
poison ratio

100
5.04
5.12
6
5.7
0.32
Sawo 1 
200
5.04
5.125
6
5.5
0.204

500
5.04
5.2
6
5.3
0.64
Sawo 2
100
4.8
4.835
6
5.7
0.14

200
4.8
4.84
6
5.2
0.06

500
4.8
4.9
6
5.1
0.14
Sawo 3
100
5.42
5.515
5.5
5.4
0.99

200
5.42
5.525
5.5
5.3
0.253

500
5.42
5.535
5.5
5
0.231

100




0.483
 Rata-rata
200




0.172

500




0.337

Tabel 11. Data Poisson Ratio Tomat

Produk
beban (gr)
X0
X1
L0
L1
poison ratio

100
4.515
4.545
5.9
5.8
0.118
Tomat 1 
200
4.515
4.6
5.9
5.5
0.206

500
4.515
4.645
5.9
5.1
0.177

100
4.315
4.335
5.5
5.4
0.275
Tomat 2 
200
4.315
4.34
5.5
5.3
0.165

500
4.315
4.4
5.5
5
0.209

100
4.135
4.14
5.9
5.8
0.059
 Tomat 3
200
4.135
4.2
5.9
5.4
0.188

500
4.135
4.245
5.9
5.2
0.219






0.15
Rata-rata 





0.166






0.201



Tabel 12. Poison RatioTerong Pirus

Produk
beban (gr)
X0
X1
L0
L1
Poison Ratio
terong pirus 1
100
3.735
3.74
6.7
6.65
0.067

200
3.735
3.745
6.7
6.4
0.067

500
3.735
3.825
6.7
6.2
0.321
terong pirus 2
100
3.91
3.91
5.6
5.6
0

200
3.91
3.925
5.6
5.6
0.017

500
3.91
3.94
5.6
5.2
0.112
terong pirus 3
100
4.21
4.215
6.2
6.2
0.0062

200
4.21
4.235
6.2
6.1
0.372

500
4.21
4.31
6.2
5.8
0.356
rata-rata





0.024






0.152






0.263









2.4.5.2 Pembahasan

Praktikum kali ini adalah membahas tentang sifat rheologi produk pertaniandengan menggunakan bahan sebagai berikut: sawo, tomat merah, dan terong pirus. Kajian dalam deformasi kali ini yang harus diperhatikan adalah mengenai seberapa maksimum ketahan suatu bahan atau produk pertanian saat diberi beban yang bervariasi yaitu 100 gr, 200 gr, 500 gr. Sehingga dapat kita ketahui apa saja yang mempengarui produk pertanian seperti bagaimana pengaruh gaya terhadap produk pertanian dan bagaimana pengaruh gaya tersebut terhadap waktu, namun untuk praktikum kali ini yang akan dibahas adalah pengaruh gaya terhadap deformasi produk pertanian.
Sifat rheologi menentukan hubungan antara gaya dan deformasi, gaya yang diberikan pada produk pertanian menyebabkan peroduk tersebut berubah bentuk yaitu pertambahan panjang dan penurunan tinggi produk pertanian.
Deformasi dipengaruhi oleh gaya, waktu dan suhu dimana pengaruh gaya terhadap deformasi adalah semakin besar gaya yang diberikan terhadap produk pertanian maka deformasi akan semakin jelas terlihat, yaitu petambahan panjang diameter bahan dan berkurangnya tinggi bahan saat di beri beban secara bertahap, pada setiap bahan yang diberikan beban didapati hasil yang berbeda-beda karena barbagai faktor yang mempengaruhi seperti tingkat kematangan buah yang berbeda, ada bahan yang masih keras karena masih muda sehingga cendrung keras bahkan terong pirus saat diberi beban 100 gr pada produk terong pirus tidak mengalami deformasi, posisi beban yang tidak tepat di tengah, pembacaan dalam pengukuran yang kurang tepat karena adanya pemadan listrik secara bergilir pada saat praktikum.
Dari praktikum yang telah dilaksanakan terlihat jelas ada hubungan antara gaya dan deformasi dengan perubahan secara linear, yaitu semakin besar gaya yang diberikan maka tingkat deformasi yang akan di alami oleh bahan juga akan semakin tinggi meskipun tingkat kematangan juga akan sangat berpengaruh. Namun untuk perbandingan antara panjang dari tinggi dan diameternya berbanding terbalik, yaitu semakin besar beban yang di berikan maka tinggi dari bahan akan mengalanmi penurunan, sebaliknya saat behan di beri beban yg semakin besar maka bahan akan mengalami penambahan ukuran diameternya. Sehingga diameter awal dan tinggi awal mengalami perubahan setelah diberi gaya.
Pada pengukuran poison ratio sawo 1 didapat hasil sebesar 0,320 dengan beban 100 gr, pada beban 200 gr hasilnya adalah 0,204 sedangkan pada beban 500 gr poison rationya adalah 0,640. Dari hasil pengukuran, poison ratio sawo 1 dengan beban 500 gr poison rationya lebih besar dibanding poison ratio beban 100 gr dan 200 gr. Poison ratio dengan beban 200 gr lebih kecil dibanding poison ratio 100 gr hal ini disebabkan karena tingkat kematangan buah yang melewati batas sehingga buah sudah lembek apalagi sawo yang bertekstur lunak, jadi deformasi yang terjadi menjadi tidak beraturan.
Pengukuran poison ratio sawo 2 didapatkan hasil dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,140, 0,060, 0,140. Sedangkan pada sawo 3 poison rationya dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,990, 0,253, dan  0,231. Sehingga rata-rata poison ratio sawo dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,483, 0,172, dan 0,337. Poison ratio dengan beban 100 gr lebih besar karena sawo memiliki perbedaan tinggi dan diameter setelah diberi beban, dimana nilai tinggi awalnya lebih besar dibanding L1.
Pengukuran pada tomat merah, pada tomat merah 1 hasil dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,118, 0,206, dan 0,177. Pada tomat merah 2 didapat hasil dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,275, 0,165 dan 0,209. Sedangkan perhitungan pada tomat merah ke-3 didapatkan hasil dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,059 gr, 0,188 dan 0,219. Pada produk pertanian tomat merah rata-rata perhitungan poison rationya dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,150, 0.160 dan 0,201. Hal ini disebabkan oleh deformasi pada tinggi dan diameter yang tidak seirama atau tidak beraturan sehingga didapat hasil dari poison ratio yang berbeda-beda atau tidak linear.
Pengukuran pada terong pirus, pada terong pirus 1 didapat hasil dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,067, 0,067 dan 0,321. Pada terong pirus 2 didapat hasil saat beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0, 0,017, dan 0,112 dan pada terong pirus yang ke-3 didapat hasil saat beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,062, 0,372 dan 0,356. Sehingga rata-rata dari terong pirus didapat hasil saat beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,024, 0,152, dan 0,263. Hasil pengukuran terong pirus rata-ratanya menunjukan bahwa poison ratio pada saat beban 500 gr lebih besar nilainya dibanding 100 gr, dan 200 gr.
Perbedaan nilai poison ratio ini dapat disebabkan oleh perbedaan ukuran panjang dan diameter masing-masing komoditi, tingkat kematangan dan kekerasan fisik dari bahan juga akan sangat mempengaruhi besar kecilnya deformasi yang akan terjadi. Selain tingkat kematangan dan kekerasan fisik dari bahan, bentuk granular dari bahan juga berpengaruh terhadap perbedaan yang terjadi.
Grafik poison ratio cenderung tidak linear terutama pada poison ratio sawo. Grafik poison ratio pada sawo cenderung tidak beraturan karena pada beban 100 gr sawo memiliki tinggi yang bernilai besar  sehingga poison rationya tinggi, pada beban 500 gr tingginya sangat berkurang sedangkan diameternya bertambah besar sehingga poison rationya tinggi juga, sedangkan pada beban 200 gr, tingginya berkurang seiring dengan pertambahan diameternya, sehingga nilainya berada ditengah antara poison ratio beban 100 gr dan poison ratio denagn beban 500 gr, begitupun dengan poison ratio sawo 2 dan poison ratio sawo 3.
Grafik poison ratio tomat merah cenderung linear yaitu saat beban ditambah maka poison rationya juga bertambah, begitupun dengan grafik poison ratio pada terong pirus yaitu berbanding lurus atau linear, poison ratio akan bertambah seiring pertambahan beban.
Alat yang paling umum digunakan pada aplikasi sifat rheologi pertanian salah satunya rice meeling unit dimana menggunakan kajian kekuatan tahanan beras sebagai acuan pemberian daya boleh pada gabah.Dengan diketahuinya poison ration maksimum besar adalah 85,79 (modulus young) N/mm2,dengan tegangan ketika bahan patah sebesar 16,46 N/m2 dengan beban puncak 25032 N persatuan kubik menjadikan acuan dalam desain alat agar tidak melebihi daya.Oleh ini agar didapatkan hasil pengolahan beras yang baik.


2.4.6 Kesimpulan dan Saran

2.4.6.1 Kesimpulan

Deformasi terjadi dengan adanya gaya yang menyebebkan produk pertanian mengalami tekanan yang akhirnya merubah bentuk bahan pertanian tersebut, deformasi dipengaruhi oleh waktu, gaya, dan suhu diman semakin besar suhu dan semakin lama waktunya maka deformasi juga akan semakin besar.
Besarnya gaya yang diberikan cenderung berbanding lurus ( linear ) dengan deformasi yang dialami oleh bahan, yaitu semakin besar gaya yang diberikan maka tingkat deformasi yang di alami bahan juga akan semakin tinggi.
Grafik dari poison ratio produk pertanian cenderung linear kecuali produk sawo, karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti tingkat kematangan dan tingkat kekerasan produk pertanian.
Dari praktikum yang telah dilaksanakan terlihat jelas ada hubungan antara gaya dan deformasi dengan perubahan secara linear, yaitu semakin besar gaya yang diberikan maka tingkat deformasi yang akan di alami oleh bahan juga akan semkin tinggi meskipun tingkat kematangan juga akan sangat berpengaruh. Namun untuk perbandingan antara panjang dari tinggi dan diameternya berbanding terbalik, yaitu semakin besar beban yang di berikan maka tinggi dari bahan akan mengalanmi penurunan, sebaliknya saat behan di beri beban yg semakin besar maka bahan akan mengalami penambahan ukuran diameternya. Sehingga diameter awal dan tinggi awal mengalami perubahan setelah diberi gaya.

2.4.6.2 Saran

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, diharapkan untun pkraktikum selanjutnya dapat menyimak dengan baik, mengingat banyak sekali data pada praktikum kali ini, sebaiknya sebelum praktikum praktikan sudah menguasai materi yang akan dipraktikumkan, sehingga praktikum dapat berjalan dengan baik.

3 komentar: