VI. Objek 4 (SIFAT RHEOLOGI PRODUK PERTANIAN)
2.4.1 Tujuan dan Manfaat
2.4.1.1 Tujuan
1. Menentukan hubungan antara gaya dan deformasi
2. Menentukan nilai poison ratio dari produk pertanian
3. Menentukan hubungan gaya terhaadap waktu
2.4.1.2 Manfaat
1. Praktikan dapat mengetahui bagaimana hubungan
gaya terhadap deformasi
2. Praktikan dapat menentukan nilai poison ratio dari produk pertanian
3. Praktikan dapat mengetahui hubungan gaya terhadap
waktu
2.4.2 Tinjauan Pustaka
Faktor-faktor yang mempengaruhi deformasi dan
rayapan pada suatubahan pertanian dinamakan sifat rheologis. Kajian tentang
rheologi adalah tentang deformasi dan rayapan bahan dengan efek waktu. Kelakuan
bahan ditentukan berdasarkan tiga variabel yaitu: tegangan, deformasi atau
regangan dan waktu
Rheologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan
yang mempelajari deformasi dan aliran “flow”
Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk menguji sifat
mekanis produk pangan. Pertama, denagn menggunakan indera manusia, yaitu dengan
cara menyentuh, memijit, mengigit, mengunyah, dan sebagainya, selanjutnya kita
sampaikan apa yang kita rasakan, inilah yang disebut dengan amnalisa sensori.
Karena reaksi kita sebagai manusia berbeda-beda maka diperlukan analisa
statistik untuk menyimpulkan skala perbedaan ataupun tingkat kesukaan penguji
terhadap produk tersebut. Cara uji kedua adalah dengan pendekatan fisik,
menggunakan instrumen atau peralatan tertentu, hasilnya dinyatakan dengan unit
satuan meter (m), kilogram (kg), detik (dt). Pendekatan fisik untuk mempelajari
sfat nekanis bahan disebut dengan rheology. RHEOLOGY
adalah suatu cabang ilmu fisik, yang didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari perubahan bentuk suatu material. Gesekan antara bahan padat, sifat
alir material bentuk tepung, bahkan pengecilan ukuran suatu partikel seperti
pada proses penggilingan, proses emulsifikasi dan atomisasi juga termasuk.
Sifat mekanis bahan
dinyatakan berdasarkan tiga parameter, yaitu:
1. Gaya
2. Deformasi
3. Waktu
Ada beberapa alasan mengapa kita mempelajari sifat
suatu bahan, pertama kita dapat melihat lebih dalam struktur suatu bahan,
misalkan ukuran molekul dan bentuknya dalam suatu larutan terhadap kekentalan,
hubungan antara tingkat cross-linh age
polymasd dengan elastisitasnya, kedua rheologi juga sering diterapkan untuk
mengontrol suatu pengolahan. Contohnya sifat rheologi adonan tepung gandum pada
pengolahan roti. Ketiga pengetahuan rheologi diperlukan dalam mendesign alat
tertentu seperti pompa, pipa-pipa aliran dan lainya. Design akan lebih efektif
jika aliran tersebut diketahui. Ke-empat penerimaan konsumen terhadap suatu
produk dipengaruhi oleh sifat rheologinya.
Kendala yang dihadapi dalm mempelajari sifat
rheologi suatu produk dengan garis besar adalah sebagai berikut:
1. Sangat bervariasinya produk
pangan, ada yang bersifat padat ad yang bersifat cair dan gas
2. Masing-masing produk
tersebut mempunyai sifat berbeda pada kondisi yang berbeda, contohnya sebuah
batu bersifat bahan padatm, tapi batu bisa bersifat cair.
Sifat-sifat
rheologi dari sistem farmaseutika dapar mempengaruhi pemilihan alat yang akan
di gunakan untuk memproses produk tersebut. Lebih-lebih lagi tidak adanya
perhatian terhadap pemilihan alat yang akan digunakan akan berakibat
diperolehnya hasil yang tidak diinginkan. Paling tidak dalam karakteristik
alirannya.
Cairan yang sifat alirannya
tidak dipengaruhi oleh waktu adalah:
1. Aliran plastik
2. Aliran pseudoplastik
3. Aliran dilator
Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi oleh waktu
adalah:
1. Aliran tiksotropik
2. Aliran rheopeksi
3. Aliran viskoelastis
Bahan pangan liquid
seperti susu, madu, sari buah dan minuman lainnya serta minyak sayur menunjukan
sifat aliran yang sederhana. Bahan liquid
yang lebih kental seperti saus tomat dan mayones mempunyai sifat yang lebih
rumit.
Bahan pangan semipadat seperti selai kacang dan
margarin bereaksi diantara bahan padat dan liquid.
Hampir semua bahan pangan ini dialirkan dengan pompaoleh karena itu penting
untuk menentukan kebutuhan berada pada proses pemompaan. Pengangkutan bahan
liquid dengan pompa ini ditentukan oleh massa jenis dan viscositas.
Dalam mempelajari rheoligi bahan pangan padat kita
perlu mempelajari konsep dasar tentang stress
dan strain:
1. Stress
Stress adalah intensitas beban force pada suatu luas permukaan. Force adalah suatu gaya yang dikenakan pada suatu benda yang
mengakibatkan terjadinya deformasi. Stress
didefinisikan sebagai bahan force persatuan luasan, seperti halnya tekanan,
tekanan hidrostatik pada kenyataannya adalah contoh bentuk stress satuanya sama
dengan satuan stress.
Intensitas
gaya internal pada suatu titik atau komponen gaya bekerja pada suatu bidang
melalui suatu titik
1. Compressive strength: kekuatan tekan maksimum dimana bahan dapat bertahan tanpa mengalami
kerusakan
2.
ELastic limit : tegangan / kekuatan dimana
bahan dapat bertahan tanpa mengalami regangan permanen saat tegangan dilepas
3.
Modulus elastic : ratio tegangan dengan
regangan dibawah proporsional.
2. Strain
Deformasi, bila suatu bahan padat dikenakan beban stress, maka satu atau
lebih dimensinya akan berubah perubahan dimensi ini yang disebut dengan
deformasi. Strain adalah perubahan dimensi relatif terhadap dimensi awal,
satuan strain merupakan perbandingan antara dua dimensi panjang, kerenanya
tidak memiliki satuan.poison ratio
adalah perbandingan antara lateral strain dengan axial strain.
Produk pangan atau produk antara dalam proses pengolahan memiliki bentuk
dan tekstur yang bermacam-macam. Ada produk pangan yang berbentuk cair, padat,
semi padat, dan ada juga yang memiliki sifat elasitis dan kental. Produk pangan
yang berbeda-beda tekstur tersebut memiliki respon yang berbeda apabila
dikenakan gaya. Suatu jenis produk pangan dapat berubah sifat reologinya
setelah diolah kembali. Dengan perubahan sifat tersebut maka pengukuran mutu
teksturpun akan berbeda. Parameter penting mutu pada produk pangan diantaranya
kekenyalan, kelengketan, dan elastisitas.
Perubahan bentuk (deformasi) suatu benda padat, semi padat, plastic, atau
cair dapat terjadi apabila ada gaya yang mengenainya. Gaya yang diberikan dapat
berupa gaya tekan (compression), gaya
tarik (tensile), atau gaya geser (shearing). Gaya tekan dapat menyebabkan
ukuran benda tersebut menjadi lebih menyusut, gaya tarik dapat menyebabkan
ukuran benda lebih panjang, sedangkan gaya geser menyebabkan benda bergerak
atau bergeser dari posisinya semula sehingga memiliki sifat mengalir dan memiliki
bentuk yang berberda dari bentuk aslinya.
Setiap produk pangan akan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap
gaya-gaya tersebut. Dengan kata lain, produk pangan mempunyai sifat reologi
yang spesifik, sehingga analisis sifat reologi ini sering dilakukan untuk
mengkarakterisai produk pangan ataupun produk antaranya di dalam tahap proses
pengolahannya.
Suatu benda pada prinsipnya dapat berprilaku dalam tiga cara dalam
merespon gaya yang mengenainya, yaitu dapat bersifat elastik, plastik, atau
mengalir. Hal ini diikuti dengan tiga parameter reologi yang banyak digunakan
yaitu elastisitas, plastisitas, dan fluditas. Ketiga parameter reologi tersebut
banyak dipakai sebagai dasar untuk memahami reologi benda padat atau semi padat
beserta teknik pengukurannya.
1. Perilaku Elastis
Perilaku elastis suatu benda dapat dihitung dari beberapa atau seberapa
bersar perubahan panjang yang terjadi setalah gaya diberikan. Perilaku elastis
terjadi apabila tekanan (stress) pada suatu benda berbanding lurus dengan strain.
Tekanan adalah gaya yang diberikan (F) per satuan luas (A), sedangkan strain
adalah akibat yang ditimbulkan dari stress, dan dinyatakan sebagai perubahan
panjang (∆L) per satuan panjang awal (L). ekspresi hubungan keduanya dikenal
dengan elastisitas modulus atau modulus Young (E).
Persamaan tersebut hanya dapat diterapkan jika benda berada di bawah
tekanan. Apabila gaya yang diberikan adalah dalam bentuk gesekan atau
hidrostatik maka koefisien yang digunakan adalah modulus shear (G) dan modulus curah
atau bulk (K).
2. Perilaku Pelastik
Benda yang bersifat plastik akan mengalami perubahan
bentuk yang kontinu apabila dikenakan gaya. Walaupun dapat kembali ke bentuk
semula tetapi bentuk benda tersebut tidak dapat kembali kebentuk yang
sesempurna sebagaimana benda elastis. Perilaku plastik ideal dapat dijelaskan
dengan membayangkan suatu benda diletakkan di atas permukaan yang rata. Apabila
gaya mengenainya, maka benda tersebut tidak akan bergerak hingga suatu tingkat
stress tertentu tercapai atau sering disebut dengan yield stress. Setelah yield
stress ini tercapai, maka aliran atau gerakan benda tersebut akan berlangsung
seterusnya.
3. Perilaku Mengalir
Perilaku sifat mengalir (fluditas) yang ideal terjadi dalam benda yang
mengalir, dimana perubahan bentuk (daya alir) berbanding lurus dengan gaya yang
diberikan. Sifat mengalir ini biasanya tidak dimiliki oleh benda yang berbentuk
padat.
4. Sifat Makanan Padat
Benda yang bersifat padat ideal (solid) tidak mengalami perubahan bentuk
apabila diberikan gaya. Benda yang bersifat padat ideal biasa disebut Hooke
Solid. Produk pangan pada umumnya tidak menunjukkan sifat padat ideal. Karena
seringkali mengalami perubahan bentuk oleh adanya gaya. Namun dibandingkan
dengan produk yang bersifat elastis,
perubahan bentuk produk yang bersifat padat kecil. Yang terjadi adalah produk
tersebut akan mengalami patah, rapuh atau hancur bila ada yang menanganinya
atau mengenainya melebihi batas daya tahannya. Tetapi apabila gaya tekan
tersebut masih di bawah batas daya tahannya maka produk tersebut tidak
mengalami perubahan bentuk sama sekali.
5. Sifat Makanan Viskoelastik
Produk pangan dan produk antaranya dalam pengolahan mempunyai sifat
sebagai kombinasi dari bahan elastik dan kental. Bahan seperti ini disebut
bahan viskoelastik. Benda yang mempunyai sifat viskoelastik dapat mengalami
perubahan bentuk (deformasi) yang bersifat mengalir bila dikenakan gaya. Uji
reologi adonan dapat diukur dengan viscograph (terutama untuk mengetahui
karakteristik tepungnya).
6. Parameter Reologi
a. Kekerasan
Kekerasan adalah sifat produk pangan yang menunjukkan daya tahan untuk
pecah akibat gaya tekan yang diberikan. Sifat derajat mudah patah dari suatu
benda dapat dinyatakan sebagai nilai kekerasan (hardness) yang dapat diukur
dengan alat instron. Dalam cara mengukur kekerasa, gaya tekan akan memecahkan
produk padat dan pecahnya langsung dari bentuk aslinya tanpa didahului
perubahan bentuk. Caranya adalah benda tersebut ditekan hingga pecah dan
besarnya gaya tekan untuk memecah produk padat ini disebut niali kekerasan.
b. Kekenyalan
Sifat kekenyalan adalh sifat
relogi yang menggambarkan daya tahan
produk untuk lepas atau pecah oleh adanya gaya tekan. Bedanya kekerasan untuk
menyatakan sifat benda atau produk pangan padat yang tidak bersifat deformasi, sedangkan
sifat kenyal adalah sifat reologi pada produk pangan elastis yang bersifat
deformasi. Sebagaimana dalam pengukuran kekerasan, gaya yang diberikan untuk
mengukur kekenyalan adalah gaya tekan. Pada pengukuran kekenyalan, gaya yang
diberikan mula-mula menyebabkan perubahan bentuk produk, baru kemudian
memecahkan produk setelah gaya yang diberika melewati daya tahannya.
c. Elastisitas
Elastisitas adalah sifat reologi yang menggambarkan daya tahan untuk
putus akibat gaya tarik.
d. Kelengketan
Sifat lengket adalah
sifat reologi yang menggambarkan sifat perubahan bentuk benda yang dipengaruhi
oleh gaya kohesi dan adhesi.
e. Kerapuhan
Kerapuhan menunjukkan
seberapa kuat produk menahan gaya tekan. Kerapuhan biasanya berkolerasi erat
dengan nilai kekerasan, dimana pada umumnya produk yang rapuh memiliki nilai
kekerasan yang rendah.
2.4.3 Bahan dan Alat
2.4.3.1 Bahan
1. Sawo
2. Tomat merah
3. Terong pirus
2.4.3.2 Alat
1.
Calibration mass
2. Mistar
3. Papan
4. Jangka sorong
2.4.4 Metoda
C.1 Menentukan hubungan
antara gaya dan deformasi
1. Ukur tinggi dan diameter
sawo tanpa beban masing-masing produk 3 sampel
2. Tempatkan beban di atas sawo
3. Ukurlah beberapa deformasi
yang terjadi pada sawo dengan mengukur diameter dan tinggi sawo selama diberi
beban serta perhatikan skala pada mistar
4. Tambahkan beban dan ulangi
prosedur diatas
5. Catat hasil pengamatan pada
tabel
6. Lakukan hal yang sama pada
tomat merah dan terong pirus
C.2 Menentukan hubungan gaya terhadap waktu
1. Setelah dilakukan perlakuan
terhadap produk, maka bahan disimpan pada suhu pendingin dan suhu ruangan
2. Sampel masing-masing bahan 2
buah di suhu pendingin dan satu disuhu ruangan
3. Amati perubahan yang terjadi
pada prooduk pertanian akibat diberi gaya dan terjadinya deformasi selama 3
datau 4 hari.
2.4.5 Hasil dan Pembahasan
2.4.5.1 Hasil
Tabel 10. Data Poisson Ratio Sawo
Produk
|
beban
(gr)
|
X0
|
X1
|
L0
|
L1
|
poison
ratio
|
100
|
5.04
|
5.12
|
6
|
5.7
|
0.32
|
|
Sawo
1
|
200
|
5.04
|
5.125
|
6
|
5.5
|
0.204
|
|
500
|
5.04
|
5.2
|
6
|
5.3
|
0.64
|
Sawo
2
|
100
|
4.8
|
4.835
|
6
|
5.7
|
0.14
|
|
200
|
4.8
|
4.84
|
6
|
5.2
|
0.06
|
|
500
|
4.8
|
4.9
|
6
|
5.1
|
0.14
|
Sawo
3
|
100
|
5.42
|
5.515
|
5.5
|
5.4
|
0.99
|
|
200
|
5.42
|
5.525
|
5.5
|
5.3
|
0.253
|
|
500
|
5.42
|
5.535
|
5.5
|
5
|
0.231
|
100
|
|
|
|
|
0.483
|
|
Rata-rata
|
200
|
|
|
|
|
0.172
|
|
500
|
|
|
|
|
0.337
|
Tabel 11. Data Poisson Ratio Tomat
Produk
|
beban
(gr)
|
X0
|
X1
|
L0
|
L1
|
poison
ratio
|
100
|
4.515
|
4.545
|
5.9
|
5.8
|
0.118
|
|
Tomat
1
|
200
|
4.515
|
4.6
|
5.9
|
5.5
|
0.206
|
|
500
|
4.515
|
4.645
|
5.9
|
5.1
|
0.177
|
100
|
4.315
|
4.335
|
5.5
|
5.4
|
0.275
|
|
Tomat
2
|
200
|
4.315
|
4.34
|
5.5
|
5.3
|
0.165
|
|
500
|
4.315
|
4.4
|
5.5
|
5
|
0.209
|
100
|
4.135
|
4.14
|
5.9
|
5.8
|
0.059
|
|
Tomat
3
|
200
|
4.135
|
4.2
|
5.9
|
5.4
|
0.188
|
|
500
|
4.135
|
4.245
|
5.9
|
5.2
|
0.219
|
|
|
|
|
|
0.15
|
|
Rata-rata
|
|
|
|
|
|
0.166
|
|
|
|
|
|
|
0.201
|
Tabel 12. Poison RatioTerong Pirus
Produk
|
beban (gr)
|
X0
|
X1
|
L0
|
L1
|
Poison Ratio
|
terong pirus 1
|
100
|
3.735
|
3.74
|
6.7
|
6.65
|
0.067
|
|
200
|
3.735
|
3.745
|
6.7
|
6.4
|
0.067
|
|
500
|
3.735
|
3.825
|
6.7
|
6.2
|
0.321
|
terong pirus 2
|
100
|
3.91
|
3.91
|
5.6
|
5.6
|
0
|
|
200
|
3.91
|
3.925
|
5.6
|
5.6
|
0.017
|
|
500
|
3.91
|
3.94
|
5.6
|
5.2
|
0.112
|
terong pirus 3
|
100
|
4.21
|
4.215
|
6.2
|
6.2
|
0.0062
|
|
200
|
4.21
|
4.235
|
6.2
|
6.1
|
0.372
|
|
500
|
4.21
|
4.31
|
6.2
|
5.8
|
0.356
|
rata-rata
|
|
|
|
|
|
0.024
|
|
|
|
|
|
|
0.152
|
|
|
|
|
|
|
0.263
|
2.4.5.2 Pembahasan
Praktikum kali ini adalah membahas tentang sifat rheologi
produk pertaniandengan menggunakan bahan sebagai berikut: sawo, tomat merah,
dan terong pirus. Kajian dalam deformasi kali ini yang harus diperhatikan
adalah mengenai seberapa maksimum ketahan suatu bahan atau produk pertanian
saat diberi beban yang bervariasi yaitu 100 gr, 200 gr, 500 gr. Sehingga dapat
kita ketahui apa saja yang mempengarui produk pertanian seperti bagaimana
pengaruh gaya terhadap produk pertanian dan bagaimana pengaruh gaya tersebut
terhadap waktu, namun untuk praktikum kali ini yang akan dibahas adalah
pengaruh gaya terhadap deformasi produk pertanian.
Sifat rheologi
menentukan hubungan antara gaya dan deformasi, gaya yang diberikan pada produk
pertanian menyebabkan peroduk tersebut berubah bentuk yaitu pertambahan panjang
dan penurunan tinggi produk pertanian.
Deformasi
dipengaruhi oleh gaya, waktu dan suhu dimana pengaruh gaya terhadap deformasi
adalah semakin besar gaya yang diberikan terhadap produk pertanian maka
deformasi akan semakin jelas terlihat, yaitu petambahan panjang diameter bahan
dan berkurangnya tinggi bahan saat di beri beban secara bertahap, pada setiap
bahan yang diberikan beban didapati hasil yang berbeda-beda karena barbagai
faktor yang mempengaruhi seperti tingkat kematangan buah yang berbeda, ada
bahan yang masih keras karena masih muda sehingga cendrung keras bahkan terong
pirus saat diberi beban 100 gr pada produk terong pirus tidak mengalami
deformasi, posisi beban yang tidak tepat di tengah, pembacaan dalam pengukuran
yang kurang tepat karena adanya pemadan listrik secara bergilir pada saat
praktikum.
Dari praktikum yang telah dilaksanakan terlihat
jelas ada hubungan antara gaya dan deformasi dengan perubahan secara linear,
yaitu semakin besar gaya yang diberikan maka tingkat deformasi yang akan di
alami oleh bahan juga akan semakin tinggi meskipun tingkat kematangan juga akan
sangat berpengaruh. Namun untuk perbandingan antara panjang dari tinggi dan
diameternya berbanding terbalik, yaitu semakin besar beban yang di berikan maka
tinggi dari bahan akan mengalanmi penurunan, sebaliknya saat behan di beri
beban yg semakin besar maka bahan akan mengalami penambahan ukuran diameternya.
Sehingga diameter awal dan tinggi awal mengalami perubahan setelah diberi gaya.
Pada pengukuran poison
ratio sawo 1 didapat hasil sebesar 0,320 dengan beban 100 gr, pada beban
200 gr hasilnya adalah 0,204 sedangkan pada beban 500 gr poison rationya adalah 0,640. Dari hasil pengukuran, poison ratio
sawo 1 dengan beban 500 gr poison rationya
lebih besar dibanding poison ratio beban 100 gr dan 200 gr. Poison ratio dengan beban 200 gr lebih kecil dibanding poison
ratio 100 gr hal ini disebabkan karena tingkat kematangan buah yang melewati
batas sehingga buah sudah lembek apalagi sawo yang bertekstur lunak, jadi
deformasi yang terjadi menjadi tidak beraturan.
Pengukuran poison ratio sawo 2 didapatkan hasil dengan
beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,140, 0,060, 0,140.
Sedangkan pada sawo 3 poison rationya dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr,
berturut-turut adalah 0,990, 0,253, dan
0,231. Sehingga rata-rata poison ratio sawo dengan beban 100 gr, 200 gr,
500 gr, berturut-turut adalah 0,483, 0,172, dan 0,337. Poison ratio dengan
beban 100 gr lebih besar karena sawo memiliki perbedaan tinggi dan diameter
setelah diberi beban, dimana nilai tinggi awalnya lebih besar dibanding L1.
Pengukuran pada tomat merah, pada tomat merah 1 hasil
dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,118, 0,206, dan
0,177. Pada tomat merah 2 didapat hasil dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr,
berturut-turut adalah 0,275, 0,165 dan 0,209. Sedangkan perhitungan pada tomat
merah ke-3 didapatkan hasil dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut
adalah 0,059 gr, 0,188 dan 0,219. Pada produk pertanian tomat merah rata-rata
perhitungan poison rationya dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut
adalah 0,150, 0.160 dan 0,201. Hal ini disebabkan oleh deformasi pada tinggi
dan diameter yang tidak seirama atau tidak beraturan sehingga didapat hasil
dari poison ratio yang berbeda-beda atau tidak linear.
Pengukuran pada terong pirus, pada terong pirus 1 didapat
hasil dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,067, 0,067
dan 0,321. Pada terong pirus 2 didapat hasil saat beban 100 gr, 200 gr, 500 gr,
berturut-turut adalah 0, 0,017, dan 0,112 dan pada terong pirus yang ke-3
didapat hasil saat beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,062,
0,372 dan 0,356. Sehingga rata-rata dari terong pirus didapat hasil saat beban
100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,024, 0,152, dan 0,263. Hasil
pengukuran terong pirus rata-ratanya menunjukan bahwa poison ratio pada saat
beban 500 gr lebih besar nilainya dibanding 100 gr, dan 200 gr.
Perbedaan nilai poison
ratio ini dapat disebabkan oleh perbedaan ukuran panjang dan diameter
masing-masing komoditi, tingkat kematangan dan kekerasan fisik dari bahan juga
akan sangat mempengaruhi besar kecilnya deformasi yang akan terjadi. Selain
tingkat kematangan dan kekerasan fisik dari bahan, bentuk granular dari bahan
juga berpengaruh terhadap perbedaan yang terjadi.
Grafik poison ratio
cenderung tidak linear terutama pada poison
ratio sawo. Grafik poison ratio pada
sawo cenderung tidak beraturan karena pada beban 100 gr sawo memiliki tinggi
yang bernilai besar sehingga poison rationya tinggi, pada beban 500
gr tingginya sangat berkurang sedangkan diameternya bertambah besar sehingga poison rationya tinggi juga, sedangkan
pada beban 200 gr, tingginya berkurang seiring dengan pertambahan diameternya,
sehingga nilainya berada ditengah antara poison
ratio beban 100 gr dan poison ratio denagn beban 500 gr, begitupun dengan poison ratio sawo 2 dan poison ratio
sawo 3.
Grafik poison ratio
tomat merah cenderung linear yaitu saat beban ditambah maka poison rationya
juga bertambah, begitupun dengan grafik poison ratio pada terong pirus yaitu
berbanding lurus atau linear, poison
ratio akan bertambah seiring pertambahan beban.
Alat yang paling
umum digunakan pada aplikasi sifat rheologi pertanian salah satunya rice meeling unit dimana menggunakan
kajian kekuatan tahanan beras sebagai acuan pemberian daya boleh pada
gabah.Dengan diketahuinya poison ration maksimum besar adalah 85,79 (modulus
young) N/mm2,dengan tegangan ketika bahan patah sebesar 16,46 N/m2
dengan beban puncak 25032 N persatuan kubik menjadikan acuan dalam desain alat
agar tidak melebihi daya.Oleh ini agar didapatkan hasil pengolahan beras yang
baik.
2.4.6 Kesimpulan dan Saran
2.4.6.1 Kesimpulan
Deformasi terjadi
dengan adanya gaya yang menyebebkan produk pertanian mengalami tekanan yang
akhirnya merubah bentuk bahan pertanian tersebut, deformasi dipengaruhi oleh
waktu, gaya, dan suhu diman semakin besar suhu dan semakin lama waktunya maka
deformasi juga akan semakin besar.
Besarnya gaya yang
diberikan cenderung berbanding
lurus ( linear ) dengan deformasi
yang dialami oleh bahan, yaitu semakin besar gaya yang diberikan maka tingkat
deformasi yang di alami bahan juga akan semakin tinggi.
Grafik dari poison
ratio produk pertanian cenderung
linear kecuali produk sawo, karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi
seperti tingkat kematangan dan tingkat kekerasan produk pertanian.
Dari praktikum yang telah dilaksanakan terlihat
jelas ada hubungan antara gaya dan deformasi dengan perubahan secara linear,
yaitu semakin besar gaya yang diberikan maka tingkat deformasi yang akan di
alami oleh bahan juga akan semkin tinggi meskipun tingkat kematangan juga akan
sangat berpengaruh. Namun untuk perbandingan antara panjang dari tinggi dan diameternya
berbanding terbalik, yaitu semakin besar beban yang di berikan maka tinggi dari
bahan akan mengalanmi penurunan, sebaliknya saat behan di beri beban yg semakin
besar maka bahan akan mengalami penambahan ukuran diameternya. Sehingga
diameter awal dan tinggi awal mengalami perubahan setelah diberi gaya.
2.4.6.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, diharapkan
untun pkraktikum selanjutnya dapat menyimak dengan baik, mengingat banyak
sekali data pada praktikum kali ini, sebaiknya sebelum praktikum praktikan
sudah menguasai materi yang akan dipraktikumkan, sehingga praktikum dapat
berjalan dengan baik.
Ekhem.. copy stek yo..
BalasHapushahaha silahkan bg udin
HapusMakasih kak informasi yang disampaikan sangat bermanfaat.
BalasHapus