Rabu, 18 Januari 2017

Detail Situasi



2.5.   DETAIL SITUASI


2.5.1   Latar Belakang

Praktikum ilmu ukur wilayah ini perlu melakukan pengukuran detail situasi. Pada pembuatan peta diperlukan teknik dan seni yang meliputi semua metoda untuk pengumpulan dan pemrosesan informasi tentang permukaan bumi dan lingkungan fisik bumi. Oleh sebab itu, titik di permukaan bumi harus ditentukan. Dari titik yang telah didapatkan tersebut dapat disajikan dalam bentuk peta. Pembuatan peta situsi diawali dengan pengambilan data melalui pengukuran-pengukuran baik pengukuran horizontal maupun vertikal, sehingga setiap detail pada peta dapat diketahui posisinya terhadap bidang datar.
Pada pengukuran situasi, data situasi lapangan harus dapat digambarkan pada bidang datar dengan skala tertentu yang dapat mencerminkan bayangan horizontal dan vertikal dari daerah tersebut. Adapun hubungan praktikum ilmu ukur wilayah mengenai detail situasi pada program studi Teknik Pertanian telah tergambar jelas yaitu dapat membuat suatu pemetaan lahan pertanian mencakup perencanaan yang akan dilakukan sehingga dapat mengetahui tata letak dan kesesuaian terhadap lahan pertanian secara efisien serta dapat mengoptimalisasikan pemanfaatan lahan pada daerah tersebut.

 

2.5.2   Tujuan

          Adapun tujuan dalam pelaksanaan praktikum ini, yaitu :
1.             Penyajian gambar dalam bentuk peta
2.             Pemindahan detail dan situasi permukaan bumi ke dalam bidang datar

2.5.3   Manfaat

Adapun manfaat dalam pelaksanaan praktikum ini, yaitu :
1.             Mengetahui perbedaan ilmu ukur tanah dan ilmu ukur wilayah
2.             Dapat memindahkan bayangan dari sebagian atau seluruh permukaan bumi yang tidak teratur ke atas suatu bidang datar yang dinamakan dengan peta
3.             Dapat memproses data yang diambil dari pengukuran langsung dilapangan

2.5.4   Tinjauan Pustaka

2.5.4.1.     Pengertian Detail Situasi dan Kegunaannya
Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur yang mencakup penyajian dalam dimensi horizontal dan vertikal secara bersama-sama dalam suatu gambar peta. Titik-titik detail situasi dapat dibedakan atas titik detail buatan seperti gedung, jembatan, jalan, parit, dan sebagainya, serta titik detail alam seperti pohon, sungai, gunung, dan bentuk alam lainnya. Pengukuran situasi adalah serangkaian  pengukuran suatu daerah dengan cara menentukan objek-objek penting berdasarkan unsur sudut dan jarak dalam jumlah yang cukup sehingga dapat mewakili atau menggambarkan daerah tersebut dan seisinya secara jelas mungkin dengan skala tertentu.
Tujuan Pemetaan situasi dan detail yaitu untuk memindahkan bayangan dari sebagian atau seluruh permukaan bumi yang tidak teratur ke dalam suatu bidang datar yang dinamakan peta. Peta ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan tata ruang wilayah tersebut seperti perencanaan tata ruang pertanian.

Gambar 11. Peta Detail situasi
                                                  Sumber : www.Koningsplein.co.id

Adapun kegunaan dari pemetaan detail dan situasi adalah :
1.             Menggambarkan keadaan dari suatu wilayah atau daerah
2.             Dapat mengetahui perkiraan luas suatu daerah atau wilayah
3.             Dapat menentukan jarak, arah, beda tinggi dan kemiringan dari suatu tempat ke tempat yang lain
4.             Dapat menentukan posisi horizontal dan vertikal secara bersamaan dalam suatu peta

2.5.4.2.     Perbedaan Ilmu Ukur Tanah dan Ilmu Ukur Wilayah
Ilmu ukur wilayah (Surveying) adalah sebuah metode pengukuran titik dengan memanfaatkan jarak dan sudut diantara setiap titik tersebut pada suatu wilayah dengan cermat. Berbagai titik tersebut biasanya adalah permukaan bumi dan digunakan untuk membuat sebuah peta, batas wilayah suatu lahan, lokasi kontruksi dan tujuan lainnya. Ilmu ukur wilayah lebih luas cakupannya dibandingkan dengan ilmu ukur tanah.
   Ilmu ukur tanah juga dapat didefinisikan sebagai ilmu ukur tanah yang mengajarkan tentang teknik- teknik atau cara-cara pengukuran permukaan bumi dan bawah tanah dalam areal yang terbatas untuk keperluan pemetaan, dan lain-lain.

2.5.4.3.     Langkah –langkah Pengukuran Detail Situasi
Untuk melakukan pengukuran titik-titik detail dilakukan tahapan sebagai berikut
1.             Letakkkan alat theodolith kompas dititik-titik kerangka/ikat/referensi
2.             Atur alat theodolit sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada umumnya
3.             Ukur tinggi alat, Tinggi alat adalah jarak antara pusat sumbu mendatar dengan permukaan paku pada patok atau pilar
4.             Bidik rambu yang diletakkan pada titik yang akan diletakkan pada titik yang akan dibidik
5.             Baca benang tengah, benang atas, benang bawah, sudut miring, sudut azimuth /sudut horizontalnya
6.             Ukur tinggi patok yang ada
7.             Detail yang perlu dibidik adalah :
a.         Bangunan (sudut bangunan)
b.        Jalan (Tepi jalan)
c.         Sungai
d.        Tanaman/sawah/tegalan (batas-batasnya)
e.         Pagar
f.         Saluran/parit/gorong-gorong jembatan
g.        Pilar beton /titik-titik referensi
h.        Titik-titik di atas perukaan tanah yang mempunyai relief yang berbeda (disesuaikan dengan skala yang digunakan)
8.             Pengukuran titik-titik detail dilakukan searah jarum jam dan dibuat sketct pengukuran yaitu meliputi nomor titik, tanda, perkiraan garis kontur dan sebagainya
9.             Data ditulis pada buku ukur atau form detail situasi
10.         Cari koreksi Boussole :
Koreksi Bossoule =   Azimuth Geografi – Azimuth Magnetis
11.         Setelah data-data dari titik satu selesai pindahkan alat ke titik yang lain, demikian seterusnya
Untuk penyajian gambar peta situasi tersebut perlu dilakukan pengukuran sebagai berikut
a.              Pengukuran titik fundamental (x0, y0, h0, dan A0)
b.             Pengukuran kerangka horizontal (sudut dan jarak )
c.              Pengukuran kerangka tinggi
d.             Pengukuran titik detail ( arah, beda tinggi, dan jarak terhadap titik detail yang dipilih sesuai dengan skalanya)
Maksud dari pengukuran detail situasi adalah untuk memberikan data topografi diatas peta sehingga diperoleh bayangan atau informasi dari reliesf bumi. Kelengkungan dan ketelitian data topografi tersebut sangat tergantung dari kerapatan titik detail yang dikukur. Untuk mengukur titik detail yang lengkap dan efisien, maka harus dipahami maksud dan kegunaan peta yang akan dibuat. Biasanya hal-hal yang perlu diukur secara detail adalah segala benda atau bangunan yang terdapat di areal yang sipetkan akan menambah kelengkapan data pada peta tersebut.

2.5.4.4.     Prinsip Kerja Detail Situasi
Pada dasarnya prinsip kerja yang dilperlukan untuk pemetaan suatu daerah selalu dilakuakn dalam dua tahapan, yaitu :
1.             Penyelenggaraan kerangka dasar sebagai usaha dalam penyebaran titik ikat
2.             Pengambilan data titik detail yang merupakan wakil gambaran fisisk bumi yang akan muncul di petanya
Kedua proses ini diakhiri dengan tahapan penggambaran dan kontur.
Untuk pemetaan diperlukan nya kerangka dasar. Kerangka dasar adalah sejumlah titik yang diketahui koordinatnya dalam system terentu yang mempunyai fungsi sebagai pengikat dan pengontrol ukuran baru. Titik-titik kerangka dasar harus ditempatkan menyebar merata diseluruh daerah yang akan dipetakan dengan kerpatan tertentu. Dalam pengukuran untuk pembuatan peta ada dua jenis kerangka dasar yaitu kerangka dasar vertikal (Z) dan kerangka dasar horizontal (x,y)

2.5.4.5.     Data yang diambil dalam detail situasi
Pada saat pengukuran di lapangan, data yang diambil untuk pengukuran detail adalah :
1.             Beda tinggi antara titik ikat kerangka dan titik detail yang bersangkutan
2.             Jarak optis atau jarak datar antara titik kerangka dan titik detail
3.             Sedut antara sisi kerangka dengan arah titik awal detail yang bersangkutan, atau sudut jurusan magnetis dari arah titik detail yang bersangkutan

2.5.4.6.     Tahapan Perhitungan dari Detail Situasi
Adapun tahapan perhitungan yang diambil dalam pengukuran detail situasi adalah sebagai berikut :
1.             Metode Tachimetry
Metode Tachymetri adalah metode pengukuran titik yang dapat digunakan untuk penentuan jarak datar dan beda tinggi yang tidak membutuhkan ketelitian yang akurat ( untuk pekerjaan yang sederhana
2.             Metode Trigonometri
Metode Trigonometri adalah metode pengukuran titik yang digunakan untuk penentuan jarak, sudut dan beda tinggi secara tidak langsung.
3.             Metode Polar
Dalam penentuan titik batas dibutuhkan minimal tiga data ukuran yang diukur dengan menggunakan minimal titik tetap (referensi)
Setelah pengukuran pemetaan situasi dan detail telah selesai dilaksanakan langkah berikutnya adalah melakukan perhitungan terhadap data yang telah diperoleh dan menyajikan dalam bentuk penggambaran peta yang dilengkapi garis konturnya.

2.5.4.7.     Perhitungan Jarak, beda tinggi dan elefasi
Pada pengukuran detail menggunakan theodolite , rumus perhitungan jarak yaitu :
               Jarak =0,1 (BA-BB) sin2v
Sementara rumus perhitungan beda tinggi yaitu :
               ∆h = (50 (BA-BB) x (sin 2v) + (tinggi alat –BT)
                                                   1000
Perhitungan Elefasi menggunakan rumus :
               E = h0 ± ∆h

Keterangan :
   BA = Benang Atas
   BB = Benang Bawah
   BT = Benang Tengah
   v    = sudut vertikal
           

2.5.5   Metoda Praktikum

2.5.5.1.     Alat dan Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum pemetaan situasi dan detail situasi adalah :
1.             Patok
2.             Payung
3.             Kerta millimeter
4.             kertas kalkir
5.             sketsa
          Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
1.             Theodolith
2.             Rambu Ukur
3.             Statip
4.             Meteran
5.             Kalkulator
6.             Peralatan Menggambar

2.5.5.2.     Prosedur Kerja
Tahap –tahap dalam praktikum pemetaan situasi dan detail dapat dilakukan sebagai berikut :
1.             Siapkan alat dan keperluan pengukuran
2.             Lakukan orientasi terhadap daerah atau medan yang akan diukur, sketsalah secara kasar untuk membantu dalam penandaan titik dan keteraturan dalam pengukuran
3.             Tentukan titik target yang akan jadi kerangka polygon, dirikan alat pada titik awal dengan sempurna.
4.             Posisikan alat pada kedudukan biasa, bidik titik belakang (patok belakang) untuk pembacaan benag atas, benang tengah, dan benang bawah, kemudian nolkan bacaaan sudut horizontalnya. Lalu catat sudut horizontal (0o) dan verikal
5.             Arahkan teropong ke titik depannya (patok depan ), kemudian baca-bacaan benang, sudut vertikal dan sudut horizontalnya
6.             Lakukan pengukuran jarak secara manual dengan menggunakan peta ukur (meteran) yaitu titik berdirinya alat ke titik/patok. Pengukuran ini dilakuakn dengan cara pulang pergi. Pada saat pengukuran pita ukur ( meteran ) haruslah tegang, lurus, dan datar
7.             Pada titik yang sama, ubah posisi alat menjadi luar biasa dan kemudian baca-bacaan benangnya, sudut vertikal dan sudut horizontalnya
8.             Kemudian arahkan lagi teropong ke titik belakang. Kemudian baca-bacaan bengnya, sudut vertikal dan sudut horizontalnya
9.             Masih pada titik yang sama posisikan alat pada keadaan yang biasa, kemudian pada sketsa yang telah dipersiapkan rencanakanlah pembidikan yang teratur terhadap objek-objek alam (unsur buatan alam, unsur buatan manusia, dan pada titik ekstrim) yang akan dipetakan dengan mencantumkan abjad pada batas-batas yang telah ditentukan. Usahakan pembidikan tetap teratur searah dengan putaran jarum jam, menurut nomor untuk tidak menimbulkan kekacauan dalam penulisan data pada formulir atau dalam penggambaran

2.5.6 Hasil dan Pembahasan

2.5.6.1  Hasil

Pada praktikum peta detail situasi dari Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam. Untuk memulai pembuatan peta detail kita harus terlebih dahulu membuat polygon dan koordinat dari polygon yang dibuat didapatkan dari perhitungan rumus 15 yaitu :
Tabel 4. Perhitungan Detail Situasi
Patok
Koordinat Poligon
Jarak
 (m)
Jarak menggunakan skala 1:200 (cm)
A
(0;0)
(0,0)
B
(4,7562 ; 46,0054)
(0,0190 ; 0,1840)
C
(-50,3423 ; 8,9881)
(-0,2013 ; 0,0359)
D
(-108,1291 ; -27,7499)
(-0,4327 ; -0,1109)
E
(-95,1361 ; -90,0235)
(-0,3805 ; -0,3600)
F
(-38,5415 ; -69,5962)
(-0.3941 ; -0,2783)
Sumber : Hasil Analisa Data Praktikum

2.5.6.2  Pembahasan

Sebelum praktikum detail situasi kami melakukan  pembuatan sketsa manual. Sketsa ini untuk memudahkan titik mana saja yang akan ditembak dalam detail situasi. Titik yang akan diukur di detail situasi ini yaitu bangunan, parit, koridor, pohon, lampu taman serta bangunan lainnya yang berjarak 100 m dari patok. Selain melakukan pengukuran dengan theodolite kami juga melakukan pengambilan data dengan pengukuran manual, hal ini dilakukan karena ada bagian yang tidak dapat terjangkau oleh theodolite.
Dalam pengambilan data, theodolite dipengaruhi oleh faktor lingkungan di antaranya hujan, angin dan panas. Selain itu juga disebabkan oleh human error seperti ketidaksengajaan menyentuh kaki statip dan kesalahan shooter dalam pembacaan benang. Data yang didapatkan berupa sudut vertikal, horizontal serta data benang atas, benang bawah, dan benang tengah. Semua data yang didapatkan tersebut nantinya akan digunakan dalam pencarian jarak, beda tinggi dan elevasi bangunan dari patok yang kita punya. Data yang telah diolah tersebut digunakan untuk pembuatan peta detail situasi.
Hasil yang di dapatkan berupa titik dengan nilai yang berbeda-beda pada setiap titik yang di bidik. Selain pembidikan dengan menggunakan theodolit, untuk pengukuran jarak setiap bangunan yang ada juga menggunakan pita ukur. Sehingga nantinya nilai yang diperoleh theodolit dengan nilai yang diperoleh dengan menggunakan pita ukur (manual) dapat di bandingkan. Karena setiap pembidikan, tidak semua titik yang bisa di bidik. Sehingga untuk menggambarkan ke kertas milimeter kita membutuhkan data jarak manual dari pengukuran yang menggunakan pita ukur tersebut.
Pada penggambaran detail dilakukan perhitungan jarak semua objek atau benda menggunakan skala yang sudah ditentukan. Pada gambar detail situasi terdapat simbol untuk menentukan setiap objek atau benda. Jarak objek yang tidak tertembak oleh praktikum di ukur secara manual. Pada saat penggambaran detail situasi kami menggunakan skala 1:200.

2.5.7.    Kesimpulan dan Saran

2.5.7.1       Kesimpulan

Dari praktikum Detail Situasi yang kami lakukan selama 3 minggu ini dapat disimpulkan bahwa sebelum melakukan praktikum detail situasi diperlukan sketsa agar memudahkan titik pengamatan yang akan ditembak. Pembuatan sebuah peta detail situasi membutuhkan semua data sudut dan jarak  dari bangunan yang ada disekitar radius 100 meter dari tiap patok.  Data yang digunakan tidak hanya data theodolite tetapi juga data dari manual karena ada yang tidak bisa terbaca oleh thedolite. Data manual dilakukan untuk titik-titik sudut yang terhalang oleh pohon dan gedung. Titik-titik sudut yang didapat dari hasil pengukuran theodolite hampir sebanding dengan titik-titik sudut yang didapat dari hasil pengukuran manual. Apalagi titik-titik sudut di lokasi praktikum ini sangat banyak karena terdapat banyak gedung.

2.5.7.2  Saran

Saran untuk praktikum kedepannya berjalan dengan lancar yaitu :
1.    Praktikan harus terlebih dahulu mengetahui tentang teori pengambilan data dilapangan.
2.    Praktikan harus bisa memaksimalkan waktu praktikum agar praktikum cepat selesai dan hasil yang didapatkan juga maksimal.
3.    Perhatikan kondisi dari theodolite agar tidak terjadi error.
4.    Jika terjadi terjadi kendala maka segera tanyakan kepada asisten yang mendampingi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar