2.5 Objek 5 (Hubungan Darlington)
2.5.1 Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini yaitu membuat rangkaian penguat arus menggunakan transistor terhubung darlington. Menghitung dan mengukur
besar penguatan arus dari rangkaian yang dibuat.
2.5.2 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu agar praktikan mampu merangkai rangkaian penguat arus mengguankan transistor terhubung darlington. Praktikan juga dapat mengukur dan menghitung besaran dari rangkaian
yang telah dibuat. Setelah mengikuti praktikum ini
mahasiswa mampu mengaplikasikan materi yang telah dipraktikumkan dalam bidang
Teknik Pertanian.
2.5.3 Tinjauan Pustaka
Transistor darlington adalah
rangkaian elektronika yang terdiri dari
sepasang transistor
bipolar (dwi kutub) yang
tersambung secara tandem (seri). Sambungan seri seperti ini dipakai untuk mendapatkan
penguatan (gain) yang tinggi, karena
hasil penguatan pada transistor yang pertama akan dikuatkan lebih lanjut oleh transistor kedua. Penguatan arus listrik
atau gain dari rangkaian transistor Darlington ini sering dituliskan dengan
notasi β atau hFE.
Hubungan darlington diperoleh dengan cara
menggabungkan dua buah transistor
sejenis dan umumnya mempunyai beta yang sama. Keuntungan yang diperoleh dengan
memanfaatkan transistor yang
dihubungkan secara darlington adalah
impedansi input tinggi, impedansi
output rendah, Ai tinggi. Akan tetapi kerugiannya adalah bahwa arus bocor transistor pertama akan dikuatkan oleh transistor kedua, sehingga perlu
hati-hatu pada perencanaan pembiasan.
Rangkaian transistor
darlington ditemukan pertama kali
oleh Sidney Darlington yang
bekerja di Laboratorium Bell di Amerika Serikat.
Jenis rangkaian hasil penemuannya ini telah mendapatkan hak paten, dan banyak
dipakai dalam pembuatan Sirkuit terpadu (IC
atau Integrated Circuits) chip. Jenis rangkaian yang mirip dengan transistor Darlington adalah rangkaian pasangan Sziklai yang terdiri dari
sepasang transistor NPN dan
PNP. Rangkaian Sziklai sering dikenal sebagai rangkaian 'complementary darlington' atau 'rangkaian
kebalikan dari darlington.
Transistor darlington bersifat seolah-olah sebagai
satu transistor tunggal yang
mempunyai penguatan yang tinggi. Penguatan total dari rangkaian ini merupakan
hasil kali dari penguatan masing-masing transistor
yang dipakai. Penguatan
total dari transistor darlington bisa mencapai 1000 kali atau
lebih. Dari luar transistor darlington nampak seperti transistor biasa dengan 3 buah kutub: B
(basis), C (kolektor), dan E (emitter).
Dari segi tegangan listriknya, voltase base-emitter
rangkaian ini juga lebih besar, dan secara umum merupakan jumlah dari kedua
tegangan masing-masing transistornya.
Transistor
memiliki kemampuan yang dibatasi dari spesifikasi teknis dari produsen transistor tersebut sesuai tipe
masing-masing transistor. Beberapa
kemampuan transistor yang sering
digunakan adalah kemampuan transistor
dalam menguatkan tegangan dengan istilah faktor penguatan (hfe) dan kemampuan
maksimum mengalirkan arus listrik pada terminal kolektor emitor. Secara umum
ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan tansistor
tersebut.
Darlington
banyak dimanfaatkan pada rangkaian pengikut emitor tenaga-tinggi, utamanya pada
penguat daya audio. Kemampuan dalam menguatkan tegangan dengan
istilah faktor penguatan (hfe) dan kemampuan maksimum mengalirkan arus listrik
pada terminal kolektor emitor.
Penguat
eksperimen dapat dilakukan dalam berbagai bentuk keluaran tegangan dari
rangkaian jembatan, sinyal frekuensi rangkaian pencacah, sinyal tegangan
menunjukkan perubahan kapasitans dan sebagainya. Dalam banyak hal sinyal-sinyal
relatif lemah dan harus diamplikasi
(diperkuat) agar dapat menggerakkan sesuatu piranti keluaran.
Penguat adalah komponen elektronika yang dipakai
untuk menguatkan daya (atau tenaga secara umum). Dalam bidang audio, amplifier akan menguatkan signal suara
(yang telah dinyatakan dalam bentuk arus listrik) pada bagian inputnya menjadi arus listrik yang lebih
kuat di bagian outputnya.
Keuntungan
dari rangkaian darlington adalah
penggunaan ruang yang lebih kecil dari pada rangkaian dua buah transistor biasa dengan bentuk
konfigurasi yang sama. Kelemahan
jenis bipolar adalah bahwa rangkaian drivernya lebih kompleks, karena harus
dapat mengalirkan arus dalam 2 arah (bolak-balik) lewat koil yang sama. Inti rangkaian sebenarnya adalah sebuah buffer arus yang berfungsi menguatkan
arus-arus logika dan MCU yang menggerakkan motor stepper. Buffer ini dibentuk dengan menggunakan 2 transistor bipolar NPN dalam konfigurasi darlington untuk menghasilkan penguat arus (hfe) yang tinggi.
Transistor bipolar adalah transistor
yang paling banyak dan umum digunakan dalam berbagai rangkaian elektronik. Ada
dua jenis transistor bipolar : NPN
dan PNP. Transistor bipolar mempunyai
tiga kaki elektroda basis (b), emitter
(e), dan collector (c).
Pada transistor NPN, kolektor (c) diberi potential positif (+) terhadap
emiter (tegangan c-e
atau Vce). ContohNYA
jika kolektor +6V (dari ground/ 0V),
maka tegangan emiter
harus kurang dari itu (terhadap ground),
bisa 5V, 3V, 1V atau 0V. Dengan demikian kolektor harus lebih positif
terhadap emiter.
Basis (b) diberi tegangan bias positif dan akan tetap tegangan pada basis ini terhadap emiter (tegangan b-e atau Vbe), yaitu sekitar +0,6V pada transistor silikon dan sekitar +0,2V pada transistor germanium. Pada transistor PNP, kolektor diberi potential negatif (-) terhadap emitor. Basis diberi tegangan bias negatif dan akan tetap tegangan pada basis ini terhadap emiter (Vbe), yaitu sekitar -0,6V pada transistor silikon dan sekitar -0,2V pada transistor germanium.
Basis (b) diberi tegangan bias positif dan akan tetap tegangan pada basis ini terhadap emiter (tegangan b-e atau Vbe), yaitu sekitar +0,6V pada transistor silikon dan sekitar +0,2V pada transistor germanium. Pada transistor PNP, kolektor diberi potential negatif (-) terhadap emitor. Basis diberi tegangan bias negatif dan akan tetap tegangan pada basis ini terhadap emiter (Vbe), yaitu sekitar -0,6V pada transistor silikon dan sekitar -0,2V pada transistor germanium.
Transistor
bipolar mempunyai lima daerah operasi yang berbeda, terutama dibedakan oleh
panjar yang diberikan:, antara lain:
1.
Aktif-maju (atau aktif saja): pertemuan
emitor-basis dipanja maju dan pertemuan basis-kolektor dipanjar mundur. Hampir
semua transistor didesain untuk
mencapai penguatan arus tunggal emitor yang terbesar (\beta_F) dalam moda
aktif-maju. in forward-active mode.
Dalam keadaan ini arus kolektor-emitor beberapa kali lipat lebih besar dari
arus basis.
2.
Aktif-mundur (atau aktif-terbalik atau
terbalik): dengan membalik pemanjaran pada moda aktif-maju, transistor dwikutub memasuki moda
aktif-mundur. Pada moda ini, daerah emitor dan kolektor bertukar fungsi. Karena
hampir semua BJT didesain untuk penguatan arus moda aktif-maju yang maksimal, beta_F
pada moda terbalik beberapa kaki lipat lebih rendah. Moda transistor ini jarang digunakan, dan hanya diperhitungkan untuk
kondisi kegagalan dan untuk beberapa jenis logika dwikutub. Tegangan tembus
panjar terbalik pada basis mungkin lebih rendah pada moda ini.
3.
Jenuh (saturasi): dengan semua pertemuan
dipanjar maju, BJT memasuki moda jenuh dan memberikan konduksi arus yang besar
dari emitor km kolektor. Moda ini berkorespondensi dengan logika hidup, atau
sakelar yang tertutup.
4.
Putus (cut-off): pada keadaan putus, pemanjaran
bertolak belakang dengan keadaan jenuh (semua pertemuan dipanjar terbalik).
Arus yang mengalir sangat kecil, dengan demikian berkorespondensi dengan logika
mati, atau sakelar yang terbuka.
5.
Tembusan bandang. Walaupun daerah-daerah
tersebut didefinisikan dengan baik untuk tegangan yang cukup besar, mereka
bertumpang tindih jika tegangan panjar yang dikenakan terlalu kecil (kurang
dari beberapa ratus milivolt)
Transistor
bipolar memiliki 2 junction yang
dapat disamakan dengan penggabungan 2 buah dioda. Emiter-Base
adalah satu junction dan Base-Collector
junction lainnya. Seperti pada dioda, arus hanya akan mengalir
hanya jika diberi bias positif, yaitu hanya jika tegangan pada material P lebih
positif daripada material N (forward bias). Pada gambar ilustrasi transistor NPN berikut ini, junction
base-emiter diberi bias positif sedangkan base-colector mendapat bias negatif (reverse bias).
Karena
base-emiter mendapat bias positif
maka seperti pada dioda, elektron mengalir dari emiter menuju base. Kolektor pada rangkaian ini lebih
positif sebab mendapat tegangan positif. Karena kolektor ini lebih positif,
aliran elektron bergerak menuju kutup ini. Misalnya tidak ada kolektor, aliran
elektron seluruhnya akan menuju base
seperti pada dioda. Tetapi karena lebar base
yang sangat tipis, hanya sebagian elektron yang dapat bergabung dengan hole yang ada pada base.
Sebagian
besar akan menembus lapisan base
menuju kolektor. Inilah alasannya mengapa jika dua dioda digabungkan tidak
dapat menjadi sebuah transistor,
karena persyaratannya adalah lebar base
harus sangat tipis sehingga dapat diterjang oleh elektron. Jika misalnya
tegangan base-emitor dibalik (reverse
bias), maka tidak akan terjadi aliran elektron dari emiter menuju kolektor.
Jika
pelan-pelan ‘keran’ base diberi bias
maju (forward bias), elektron
mengalir menuju kolektor dan besarnya sebanding dengan besar arus bias base yang diberikan. Dengan kata lain,
arus base mengatur banyaknya elektron
yang mengalir dari emiter menuju kolektor. Ini yang dinamakan efek penguatan transistor, karena arus base yang kecil
menghasilkan arus emiter-colector yang lebih besar.
Istilah amplifier (penguatan) menjadi salah
kaprah, karena dengan penjelasan di atas sebenarnya yang terjadi bukan
penguatan, melainkan arus yang lebih kecil mengontrol aliran arus yang lebih
besar. Juga dapat dijelaskan bahwa base mengatur membuka dan menutup aliran
arus emiter-kolektor (switch on/off). Pada transistor
PNP, fenomena yang sama dapat dijelaskan dengan memberikan bias seperti pada
gambar berikut. Dalam hal ini yang disebut perpindahan arus adalah arus hole.
Untuk
memudahkan pembahasan prinsip bias transistor
lebih lanjut, berikut adalah terminologi parameter transistor. Dalam hal ini arah arus adalah dari potensial yang
lebih besar ke potensial yang lebih kecil. Perlu
diingat, walaupun tidak perbedaan pada doping bahan pembuat emitor dan
kolektor, namun pada prakteknya emitor dan kolektor tidak dapat dibalik.
2.5.4 Metoda
2.5.4.1
Alat dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1.
Transistor bipolar;
2.
Multimeter;
3.
Adaptor;
4.
Resistor;
5.
Kapasitor;
6.
Potensio;
7.
Protoboard;
8.
Kabel;
9.
Tool kit Elektronik.
2.5.4.2
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktium ini adalah:
1.
Buatlah rangkaian penguat arus menggunakan transistor terhubung darlington seperti gambar pada modul.
2.
Tentukan besar REI ideal, lalu ukur besar iB1,
iB2, iC1, i1, dan V0.
2.5.5 Hasil
Pengukuran
|
Hasil
|
Vin
|
5.67 V
|
Vcc
|
9.63 V
|
Vout
|
0.024 V
|
IB1
|
9.6mA
|
IB2
|
88.4mA
|
IC1
|
90.5mA
|
I1
|
88.7mA
|
Sumber:
Analisis Data Praktikum
Sumber: Analisis Data Praktikum
2.5.6 Pembahasan
Berdasarkan nilai tabel diatas
dilakukan pengukuran Vin, Vcc, Vout, IB1, IB2, IC1, dan I1.
Besarnya nilai Vin adalah 5.67 V, nilai Vcc adalah 9.63 V, nilai Vout adalah
0.024 V, nilai IB1 adalah 9.6 mA, nilai IB2 adalah 88.4 mA,
nilai IC1 adalah 90.5 mA,
dan nilai I1 adalah 88.7 mA. Rangkaian ini merupakan rangkaian
penguat arus menggunakan transistor
berhubungan darlington.
Pada pengukuran
rangkaian ini nilai kuat arus pada tiap titik-titik pengukuran mempunyai nilai
yang berbeda. Perbedaan ini dikarenakan rangkaian ini dihubungkan secara
darlington dengan transistor bipolar,
rangkaian darlington ini akan membuat kuat arus yang mengalir akan menjadi
lebih besar. Sebagai contoh nilai IB1 adalah 9.6 mA dan nilai, nilai
IC1 adalah 88.4 mA, dan nilai I1 adalah 88.7 mA. Nilai IC1 dan I1 terhubung
dengan transistor bipolar sehingga
terjadi peningkatan kuat arus yang lebih besar dari nilai IB1.
Besarnya nilai penguatan yang bisa diperoleh dari rangkaian darlington ini
sampai delapan kali. Jadi rangkaian darlington sangat efektif digunakan sebagai
penguat arus dalam sebuah rangkaian.
2.5.7 Penutup
2.5.7.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum didapatkan hasil bahwa pada pengukuran rangkaian ini nilai kuat
arus pada tiap titik-titik pengukuran mempunyai nilai yang berbeda. Perbedaan
ini dikarenakan rangkaian ini dihubungkan secara darlington dengan transistor bipolar, rangkaian darlington
ini akan membuat kuat arus yang mengalir akan menjadi lebih besar.
Besarnya nilai
penguatan yang bisa diperoleh dari rangkaian darlington ini sampai delapan
kali. Jadi rangkaian darlington sangat efektif digunakan sebagai penguat arus
dalam sebuah rangkaian.
2.5.7.2
Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya adalah:
1.
Praktikan selanjutnya hendaklah lebih teliti
dalam melakukan pengukuran;
2.
Ketepatan dalam melakukan penyambungan
komponen elektronika;
3.
Praktikan harus mahir dalam melakukan
penyolderan;
4.
Praktikan harus mengerjakan praktikum
sesuai arahan asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Meningkatkan
Kemampuan Transistor. http://elektronika-dasar.web.id/meningkatkan-kemampuan-transistor/. Diakses pada tanggal 7 November 2016 pukul 18.39 WIB di Padang.
Anonim. 2014. Transistor
Bipolar. http://zonaelektro.net/transistor-bipolar/. Ddiakses pada tanggal 7 November 2016 pukul 19.40 WIB di
Padang.
Hafid, Rustam. 2012. Karakteristik
Transistor Bipolar. https://www.scribd.com/doc/191379909/Karakteristik-Transistor-Bipolar. Diakses pada tanggal 7 November 2016 pukul 19.50 WIB di Padang.
Riyn. 2014 Rangkaian
Bertingkat. http://riyansblog.blogspot.co.id/2014/01/rangkaian-bertingkat.html. Diakses pada tanggal 7 November 2016 pukul 18.24 WIB di Padang.
Yanti, Dwi Katsuri. 2010. Hubungan
Darlington. https://books.google.co.id/books?id=H7NXAgAAQBAJ&pg=PA42&lpg=PA42&dq=hubungan+darlington&source=bl&ots=_zNxM6iPKS&sig=DEOl1BPE8PJ9g1eETIjZ5iEPgE4&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiTquipv5bQAhWJvY8KHe7WCiMQ6AEIVDAH#v=onepage&q=hubungan%20darlington&f=false. Diakses pada tanggal 7 November pukul 18.22 WIB di
Padang.
maaciw
BalasHapus